1. Analisis Kadar CaO
Pada Semen
Analisis ini menggunakan metode volumetri, yaitu suatu
metode analisis yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditentukan. Pereaksi yang
digunakan harus stabil, sehingga penentuan konsentrasi cukup dilakukan sekali,
bereaksi cepat dengan analit sehingga waktu titrasi dapat dipersingkat,
bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir titrasi yang memuaskan pun
dapat dicapai.
Pada analisis ini dilakukan penambahan larutan Tri Etanol Amin (TEA) yang
berfungsi untuk mencegah endapan kalsium dalam larutan yang berasal dari (NH4)2C2O4.
Indikator yang digunakan adalah MM yang mampu menghasilkan kompleks
berwarna merah lembayung dengan ion Ca2+, kemudian berubah warna
menjadi biru terang apabila kalsium terkomplekskan sempurna oleh EDTA
pada titik akhir titrasi. Kadar CaO yang diperoleh dipengaruhi oleh volume EDTA
yang digunakan pada saat titrasi.
Prinsip dari analisis ini adalah Kalsium di endapkan sebagai kalsium
oksalat kemudian di tambahkan ammonium oksalat. Endapan yang terbentuk di
cuci, kemudian di larutkan kembali selanjutnya di titrasi dengan larutan
EDTA.
Setelah dilakukan analisis, didapatlah persentase kadar CaO yang
berkisar antara 61-65 %, dengan rata-rata hasil analisis selama 10 hari sebesar
63,17 %. Berdasarkan komposisi limit semen portland, persentase kadar
CaO dibatasi antara 60-70 % (SNI
15-2049-1994), dapat dilihat pada Lampiran 2. Maka, dapat dinyatakan
bahwa kadar CaO dalam semen yang dianalisis mempunyai kualitas yang baik.
Kalsium oksida (CaO) yang terkandung merupakan kadar CaO yang terikat
dalam semen. CaO merupakan komponen terbesar dalam semen yang berfungsi
sebagai senyawa pembentuk mineral potensial penyusun kekuatan semen.
Persenyawaan ini merupakan komponen-komponen kimia dalam semen yang mempunyai
fungsi masing-masing dalam menentukan kualitas semen. Komposisi persenyawaan
tersebut adalah tri kalsium silikat (3CaO. SiO2) disingkat C3S,
berfungsi sebagai kekuatan awal semen, dikalsium silikat (2CaO.SiO2)
disingkat C2S, berfungsi sebagai kekuatan akhir, tri kalsium
aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat C3A, dan tetra
kalsium alumina ferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3)
disingkat C4AF, berfungsi sebagai penurun suhu, pemberi ketahanan
terhadap asam sulfat, dan dapat mempengaruhi warna semen.
2. Analisis Kadar MgO
Pada Semen
Dalam analisis ini juga digunakan metode volumetri
sama seperti analisis CaO pada semen. Indikator yang digunakan adalah EBT yang
mampu menghasilkan kompleks berwarna merah lembayung dengan ion Mg2+,
kemudian berubah warna menjadi biru terang apabila Mg terkomplekskan dengan
sempurna oleh EDTA pada titik akhir titrasi.
Eriochrome Black T sering disebut dengan EBT.Indikator EBT ini juga peka terhadap perubahan pH. Oleh karena
itu, larutan yang akan dititrasi harus ditambahkan buffer terlebih dahulu.
Buffer yang digunakan adalah buffer pH 10. Adapun cara pembuatan larutan buffer pH 10 ini adalah dengan cara
menimbang 70 g NH4Cl dan dilarutkan dalam 250 mL air suling, dan
ditambahkan 570 mL amoniak, lalu diencerkan dengan air suling sampai 1000
mL. Buffer pH 10 ini berfungsi untuk
mencegah terbentuknya endapan logam hidroksida.
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2, dan contoh perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran 3. Persentase kadar MgO yang didapat
berkisar antara 0,32 - 2,59 % dengan rata-rata
hasil analisis selama 10 hari sebesar 1,65 %, dimana
berdasarkan komposisi limit semen portland, persentase kadar MgO
dibatasi antara 0,1-5,5 % (SNI
15-2049-1994), dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan demikian, kualitas
semen yang diproduksi mempunyai kualitas yang baik, karena kadar MgO pada semen
tidak melampaui 5,5 %.
Kadar MgO yang terlalu tinggi dalam semen dapat berpengaruh terhadap
sifat fisik semen dan mengakibatkan semen akan cepat pecah bila digunakan untuk
membuat bangunan, sehingga akan sangat merugikan konsumen.
3. Analisis Kadar F.CaO
(Free Lime) Pada Semen
Dalam analisis ini, digunakan metode volumetri. Sampel
semen ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian ditambahkan larutan gliserol-etanol
(1:5) yang bertujuan untuk melarutkan kapur bebas yang terkandung dalam semen.
Kemudian ditambahkan 0,5 gr BaCl2. Penambahan BaCl2 ini
berfungsi untuk membentuk warna merah muda pada larutan setelah dipanaskan.
Destruksi kemudian dilakukan di atas pemanas dan ditunggu hingga berwarna merah
muda. Ion
Ca2+akan membentuk kompleks berwarna merah muda dengan Cl dalam
pelarut gliserol-etanol.Setelah itu
dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan amonium asetat hingga terjadi
perubahan warna dari merah muda menjadi bening. Pentiteran dihentikan apabila
larutan tersebut sudah tidak berwarna merah muda lagi.
Persentase kadar kapur bebas yang didapat berkisar antara 1,00-1,78 % dengan rata-rata hasil analisis selama 10 hari sebesar 1,31 %, dimana standar persentase
kadar F.CaO maksimal adalah 2 %.
Semakin besar volume amonium asetat yang digunakan untuk titrasi,
semakin besar pula kadar kapur bebas yang terkandung dalam semen.Terdapat
perbedaan antara analisis CaO dengan F.CaO. Kalsium oksida (CaO) adalah kadar
kapur yang terkandung dalam semen, sedangkan F.CaO adalah kadar kapur bebas
yang terkandung dalam semen yang apabila kadarnya melebihi persyaratan, maka
akan sangat merugikan konsumen, karena jika kadar kapur bebas yang dimiliki
oleh semen berlebih, berakibat semen tersebut tidak kuat dan rapuh.
4. Analisis Kadar SO3
Pada Semen
Penentuan kadar SO3pada analisis ini
menggunakan metode gravimetri. Metode Gravimetri adalah metode pengukuran
berdasarkan berat. Dalam analisis ini, digunakan 2 buah kertas saring dengan
tingkat kehalusan yang berbeda. Penyaringan pertama digunakan kertas saring
Whatman 41. Filtrat yang diperoleh kemudian ditambahkan larutan BaCl2
kemudian didiamkan selama 1 malam, lalu filtrat yang telah mengandung endapan
tersebut disaring lagi dengan menggunakan kertassaring Whatman 42.
Prinsip dari analisis ini adalah sulfat diendapkan sebagai BaSO4 dari larutannya yang asam
dan panas dengan larutan BaCl2. Endapan disaring, dicuci dan
ditimbang sebagai BaSO4.
Persentase kadar SO3 yang diperoleh berkisar antara 1,43-2,02
%,dengan rata-rata hasil analisis selama 10 hari sebesar 1,74 %, dimanaberdasarkan
komposisi limit semen portland, persentase kadar SO3 dibatasi
antara 1,0-3,5 % (SNI 15-2049-1994).
Standar semen Portland tipe 1 mensyaratkan besarnya kandungan SO3
pada semen maksimal adalah 3,5 %. Apabila kadar SO3 lebih dari 3,5%,
maka semen tersebut akan terlalu lama mengeras
CARA KERJA:
1. Analisis Kadar CaO
(Kalsium Oksida)
Alat dan bahan :
Alat – alat yang digunakan adalah gelas piala 400 mL, buret, pipet volum 50
mL, pipet volum 10 mL, pipet volum 5 mL dan batang pengaduk kaca. Bahan-bahan
yang digunakan adalah filtrat hasil analisis R2O3,
larutan Tri Etanol Amin (TEA), larutan (NH4)2C2O4, larutan
standar EDTA 50 M, dan indikator MM.
Cara Kerja :
-
100 mL air sulingdimasukkan ke dalam gelas piala 400 mL,
-
ditambahkan 50 mL filtrat hasil analisis R2O3 (Lampiran
4),
-
ditambahkan 2 mL Tri Etanol Amin,
-
ditambahkan 0,25 gr indikator MM,
-
dititrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan dari warna merah lembayung
menjadi biru terang.
2. Analisis Kadar MgO (Magnesium Oksida)
Alat-alat yang digunakan adalahgelaspiala 400 mL, buret, pipet ukur 50 mL,
pipet ukur 10 mL, pipet ukur 5 mL dan batang pengaduk kaca. Bahan – bahan
yang digunakan adalah filtrat hasil analisis R2O3,
larutan buffer pH 10, larutan standar EDTA 50 M, dan indikator EBT.
Cara Kerja :
-
100 mL air suling dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 mL,
-
ditambahkan 50 mL filtrat hasil analisis R2O3(Lampiran
4),
-
ditambahkan 10 mL buffer pH 10,
-
ditambahkan 3 tetes indikator EBT,
-
dititrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna dariwarna merah
lembayung menjadi biru terang.
3. Analisis Kadar
F.CaO (Free Lime)
Alat dan Bahan :
Alat-alat yang digunakan adalah Erlenmeyer 300 mL, kondensor, gelas ukur,hot
plate (pemanas), statipdan buret. Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel semen, larutan Gliserol-etanol (1:5), BaCl2anhidrat, dan
larutan amonium asetat.
Cara kerja :
-
Contoh semen ditimbang sebanyak 1 gr, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300 mL,
-
ditambahkan 60 mL larutan gliserol-etanol (1:5),
-
ditambahkan 0,5 gr BaCl2,
-
didestruksi diatas pemanas yang sebelumnya telah dipasamg kondensor, hingga
larutan berwarna merah muda (sekitar 5 menit).
-
Larutan diangkat, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan amonium asetat
yang telah diketahui faktornya hingga warna merah muda hilang, berubah menjadi
bening, dibiarkan, dan ditunggu 10 menit.
-
Jika masih ada warna merah muda, larutan dititrasi kembali dengan amonium
asetat hingga warna merah muda hilang semuanya.
-
Pemakaian amonium asetat yang habis digunakan pada saat titrasi dicatat.
-
Kadar F.CaO dihitung dalam %.
4. Analisis
Kadar SO3
Alat dan
bahan :
Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala 100 dan
200 mL, gelas ukur, corong gelas, pipet tetes, pipet volum, kertas saring
Whatman 41 dan 42, batang pengaduk, pemanas (hot plate), cawan porselin,
oven, tungku pembakaran, neraca analitik. Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel semen, air suling, larutan HCl (1:1), dan larutan BaCl2 10%.
Cara kerja :
- Sampel
semen ditimbang sebanyak 1 gr, dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL,
- ditambahkan sedikit air suling, diaduk,
- ditambahkan 10 mL HCl (1:1),
- ditambahkan air suling hingga
100 mL, dan dipanaskan di atas pemanas hingga mendidih.
- Larutan kemudian disaring
menggunakan kertas saring Whatman 41, dicuci dan diambil filtratnya 200 mL.
- Filtrat ditambahkan 10 mL BaCl2
10% hingga terbentuk endapan putih, lalu didiamkan selama 1 malam,
- kemudian larutan disaring
menggunakan kertas saring Whatman 42.
- Kertas saring + endapan
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui berat dari cawan
porselin tersebut,
- dikeringkan dalam oven pada
suhu 1100C selama 1 jam.
- Cawan porselin + endapan
dibakar dalam tungku pembakaran pada suhu 1000 + 500C selama
45 menit.
- Cawan beserta endapan dari
hasil pembakaranditimbang.
1 komentar:
kok gak bisa di copy kak ??
Posting Komentar