BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Energi
aktivasi merupakan energi minimum yang harus dimiliki oleh molekul-molekul
pereaksi (reaktan) agar menghasilkan terjadinya reaksi jika saling bertabrakan.
Dalam persamaan Arrehenius: Ea = -RT ln (k/A), dapat dilihat bahwa adalah
fraksi molekul yang empunyai energi sebebsar EA atau lebih besar. EA bertambah,
A berkurang (Saleh, 2012: 65).
Untuk
reaksi yang molekul pereaksinya mempunyai banyak ikatan yang perlu diputuskan
mempunyai banyak ikatan yang perlu diputuskan maka energi aktivasinya besar,
sedangkan jika hanya sedikit ikatan yang perlu diputuskan maka energi
aktivasinya kecil. Untuk reaksi tanpa pemutusan ikatan, misalnya H+
+ OH-à H2O,
energi aktivitasnya sama dengan nol (Saleh, 2012: 65).
Laju atau konstanta laju yang dihitung dengan bantuan teori
kompleks teraktivasi didasarkan pada (a) reaktan diubah menjadi suatu kompleks
teraktivasi sebelum diubah menjadi produk, dan (b) ada suatu kesetimbangan
antara kompleks yang teraktivasi dan reaktan (Dogra, 1999: 65).
Berdasarkan
pernyataan di atas, maka dilakukan percobaan untuk menentukan hubngan laju
reaksi dengan persamaan Arrhenius serta untuk mengetahui energi aktivasinya.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah
1.
Bagaimana menjelaskan hubungan
antara laju reaksi dengan temperatur?
2.
Berapa nilai energi aktivasi (Ea)
dengan menggunakan persamaan Arrhenius?
C.
Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menjelaskan hubungan
antara laju reaksi dengan temperatur?
2.
Menghitung energi aktivasi (Ea)
dengan menggunakan persamaan Arrhenius?
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Energi
aktivasi adalah energi minimum yang harus dimiliki oleh molekul-molekul
pereaksi (reaktan) agar menghasilkan terjadinya reaksi jika saling bertabrakan.
Dalam persamaan Arrehenius:
Ea = -RT ln
(k/A) (2.1)
dapat dilihat
bahwa adalah fraksi molekul yang
empunyai energy sebebsar EA atau lebih besar. EA bertambah,A berkurang, berarti
makin banyak energi yang diperlukan, lebih sukar bagi molekul-molekul untuk
mencapai energi itu. Temperatur bertambah, Ea bertambah (k bertambah besar)
(Saleh, 2012:65).
Menurut
Syukri (1990: 468-467), mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
laju reaksi, yaitu:
1.
Sifat pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat
pereaksinya, ada yang reakstif dan ada yang kurang reaktif, misalnya bensin
lebih cepat terbakar dari pada minyak tanah. Demikian juga logam natrium
bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam magnesium lambat.
2.
konsentrasi
pereaksi
Dua molekul yang bereaksi harus bertabrakan
langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatan bertambah dan
akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan memepercepat reaksi. Akan
tetapi harus diingat bahwa ridak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi
meningkatan laju reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain.
3.
Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu
dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan bertambah besar.
4.
Katalis
Laju suatu reaksi dubah (umumnya dipercepat) dengan
menambahzat yang disebut dengan katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi
zat organik., termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim
dan dapat dipercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali.
Suatu
reaksi disebut sebagai reaksi sederhana bila persamaan stokiometrinya
menggambarkan apa yang sebenarnya berlangsung. Jadi, dalam hal reaksi
H2 +
Br à HBr + H+
dimana satu
molekul H2bertumbukan dengan satu atom Br dan terjadi pertukaran
“partner” dengan pembentukan HBr dan H , maka reaksi tersebut adalah reaksi
sederhana. Bagi reaksi sederhana, teori reksi kimia menunjukkan bahwa persamaan
lajunya berupa pemfaktoran dari konsentrasi pereaksi (Saleh, 2012: 66).
Reaksi kimia adalah proses
berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses ada yang cepat dan ada yang
lambat, contohnya bnsin terbakar lebih cepat dibandingkan minyak tanah. Ada
reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti membakar dinamit yang menghasilkan
ledakan, dan yang sangat lambat, seperti besi berkarat. Hal ini merupakan
kecepatan (laju) reaksi yang disebut dengan kinetika kimia. Dalam kinetika
kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor yang mempengaruhinya
(Syukri, 1999: 468).
Menurut
Saleh (2012:65), menyatakan bahwa ada beberapa hal penting mengenai Energi
Aktivasi, yaitu:
1. Energi aktivasi yang ditentukan secara
eksperimen adalah jumlah energi aktivasi untuk reaksi keseluruhan bukan
masing-masing tahap reaksi. EA adalah selisih antara energi reaktan dan energi
tertinggi dari keadaan teraktifkan dalam proses tersebut.
2.
Energi aktivasi
untuk setiap tahap selalu positif
3. Sesuai dengan distribusi Maxwll-Boltzamnn
dari energi molekular, jika temperatur dinaikkan, laju reaksi bertambah karena makin banyak tabrakan yang mempunyai
energi lebih besar dari EA.
Menurut teori
tumbukan sederhana, laju reaksi didasarkan pada (a) jumlah tumbukan per satuan
volume per satuan waktu, dan (b) molekul-molekul yang diambil bagian dalam
tumbukan harus mempunyai energi cukup (energi pengaktivasi) sebelum
molekul-molekul tersebut dapat diubah menjadi produk. Berdasarkan anggapan ini,
laju reaksi adalah
Laju = 1/2 (2.2)
dan konstanta
laju
1/2
1/2 (2.3)
Untuk molekul-molekul yang tidak sama dan
laju = 1/2
1/2
= 1/2 (2.4)
Untuk
molekul-molekul yang serupa (Dogra, 1999: 654-655).
Istilah kecepatan untuk benda-benda yang bergerak,
seperti mobil,kereta api, dan sebagainya yang disebut kecepatan adalah jarak
tempuh benda tiap satuan waktu, misalnya kecepata mobil (v) = 60 km/jam. Dalam
reaksi kimia, tidak ada benda yang bergerak, melainkan perubahan suatu zat
menjadi zat lain, mirip dengan sebuah gilingan padi yang mengubah menjadi beras
(Syukri, 1999: 469).
|
|
|
|
|
Gambar
2.1
untuk
reaksi AàB dimana
pereaksi (A) berkurang pada saat yang sama hasil reaksi (B) bertambah (Syukri, 1999:
469).
Dengan membandingkan persamaan-persamaan di
atas dengan persamaan Arrhenius, faktor-faktor pra-eksponensial untuk dua jenis
molekul adalah
1/2 (2.5)
di
mana mA, mBadalah massa dari molekul dan molekul ,
adalah
jumlah jari-jari molekul dan molekul .
adalah faktor probabilitas, kurang dari atau
sama dengan satu dan memperhitungkan geometri dari molekul atau arah pendekatan
dari molekul-molekul yang bereaksi, adalah jumlah molekul per c.c. sehingga satuan
adalah molekul-1 c.c.s-1
dan dapat diubah menjadi mol-1dm3s-1 dengan
mengalikannya dengan suatu faktor (yakni )
(Dogra, 1999: 654-655).
Laju atau konstanta laju yang dihitung dengan
bantuan teori kompleks teraktivasi didasarkan pada (a) reaktan diubah menjadi
suatu kompleks teraktivasi sebelum diubah menjadi produk dan (b) ada suatu
kesetimbangan antara kompleks yang teraktivasi dan reaktan. Reaksi dapat
dituliskan sebagai
*
Produk
dan
konstanta laju yang dihitung dengan bantuan mekanika statistik (Dogra 1999:
656).
Sama halnya pada pargraf di atas, konstanta laju yang dihitung
dengan bantuan mekanika statistik untuk pembentukan produk adalah
(2.6)
di
mana adalah koefisien transmisi, hampir sama dengan
satu, adalah fungsi partisi dan adalah keadaan energi titik nol dari kompleks
teraktivasi dan reaktan. Fungsi partisi ditentukan sebagai
(2.7)
Masing-masing fungsi partisi dapat dihitung
dengan persamaan diatas. Jumlah derajat kebebasan vibrasi untuk kompleks
teraktivasi adalah untuk nonlinear dan kompleks teraktivasi linear (satu derajat
kebebasan adalah kurang dari molekul normal jika ini diubah menjadi pergerakkan
translasi sepanjang koordinat reaksi) dan atau adalah derajat kebebasan vibrasi untuk molekul
normal nonlinear dan molekul linear (Dogra, 656-657).
Data yang diperoleh dilakukan analisis
regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diukur
dengan lamapenyimpanan, persamaannya yaitu:
y = ax +
b (2.8)
dimana :
y = variabel yang diukur
x = masa simpan
a = nilai variabel yang diukur
pada saat mulai disimpan
b = laju kerusakan (k)
nilai k yang diperoleh dari persamaan
regresi diterapkan pada persamaan Arrhenius, yaitu:
dimana :
k = konstanta penurunan mutu
ko= konstanta (tidak tergantung
pada suhu)
E = energi aktivasi
T = suhu mutlak (C + 273)
R = konstanta gas, 1,986 kal/mol
(Suradi, 2010: 3).
Untuk
larutan non elektrolit dapat diperkirakan bahwa zat terlarut dapat digantikan
oleh molalitasnya. Walaupun demikian, dalam larutan ionik, interkasi antara
ion-ion begitu kuatnya sehingga hanya dapat membuat perkiraan ini di dalam
larutan yang sangat encer (Atkins, 1990: 268).
2 komentar:
boleh minta daftar pustaka saleh 2012:65
Did you know there is a 12 word sentence you can communicate to your man... that will induce intense emotions of love and impulsive attractiveness for you buried inside his heart?
That's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, worship and protect you with his entire heart...
=====> 12 Words That Fuel A Man's Love Instinct
This instinct is so hardwired into a man's brain that it will make him work harder than before to make your relationship the best part of both of your lives.
Matter of fact, triggering this all-powerful instinct is so essential to getting the best ever relationship with your man that the instance you send your man a "Secret Signal"...
...You will instantly find him open his heart and soul for you in a way he's never expressed before and he'll perceive you as the only woman in the world who has ever truly fascinated him.
Posting Komentar