OKSIGEN TERLARUT (DO)
Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal
sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen
dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air,
suhu, salinitas, pergerakan massa air dan
udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan
bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin
rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses
difusi antara air
dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan
kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen
relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah.
Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara
bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan
oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm
dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan
organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari
1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan
sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5
ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang
peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang
dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik,
peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik
dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan
kesuburan perairan. Dalam kondisi
anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan
lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan
reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk
membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun
secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan
industri dan rumah tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan
sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa
lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme
tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan
tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri
dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya
kadar oksigennya.
ANALISIS OKSIGEN TERLARUT (DO)
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
2. Metoda elektrokimia
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara
umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut.
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H – KI,
sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl
maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan
molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang
dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan
metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe
oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan
elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya
menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda
timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran
plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang
akan terjadi adalah :
Aliran reaksi yang terjadi tersebut
tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel
ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut.
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda
WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter.
Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan
titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan
larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur
penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis,
akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus
diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu
dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen
terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya
alat yang digital, peranan kalibrasi alat
sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih
dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter
masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
0 komentar:
Posting Komentar