BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam praktikum terpadu dibahas mengenai analisis
terpadu yang mencangkup analisa terhadap sample bahan pangan, obat-obatan dan
kosmetik. Pada laporan lengkap ini yang dianalisa adalah sample minuman yaitu
Sirup ABC. Penetapan yang dikerjakan adalah kadar air, kadar abu, kadar gula
sebelum inversi dan sesudah inversi, Uji logam berbahaya.
Sirup merupakan minuman yang banyak dikonsumsi
masyarakat Indonesia, hal ini karena kemudahan dalam menyajikannya. Sirup
merupakan larutan gula pekat yang digunakan sebagai bahan minuman.
B.
Maksud dan tujuan
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini
adalah:
1. Agar siswa(i) dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengumpulkan dan menyusun berbagai referensi ataupun dari hasil konsultasi
langsung dengan pembimbing.
2. Agar siswan(i) menguasai teknik perhitungan kadar
suatu zat yang terkandung dalam suatu sample.
3. Agar siswa(i) dapat mengembangkan kemampuan
berfikir terutama dalam mengevaluasi data dan membahas hasil perhitungan,
sebagai informasi dan sumber kepustakaan bagi pembaca khususnya siswa(i)
SMK-SMAK Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
SAMPLE SIRUP ABC
Pengertian Sirup
adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang menyenangkan
untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak,
sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak
biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum obat.
Menurut SNI (1994), Sirup
didefinisikan sebagai larutan gula pekat (Sakarosa: High Fructose syrup dan
atau gula inverse lainnya) dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan
yang diijinkan. Definisi sirup yang lain yaitu sejenis minuman ringan berupa
larutan kental dengan citarasa beraneka ragam, biasanya mempunyai kandungan
gula minimal 65% sedangkan menurut Cruess (1958), sirup didefinisikan sebagai
produk yang dibuat dengan cara melarutkan gula tebu atau sirup jagung, atau
kombinasi keduanya dalam air, dengan menambahkan bahan penambahan cita rasa
pada larutan tersebut.
Menurut Satuhu (1994),
berdasarkan bahan baku, sirup dibedakan menjadi tiga, yaitu sirup esens, sirup
glukosa, dan sirup buah-buahan.
Sirup
esens adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh esens yang ditambahkan.
Sirup glukosa adalah sirup yang mempunyai rasa manis saja, biasanya digunakan
sebagai bahan baku industry minuman, saribuah, dan sebagainya. Sirup buah
adalah sirup yang aroma dan rasanya ditentukan oleh bahan dasarnya, yakni buah
segar.
Syarat Mutu Sirup
Sirup yang beredar di pasaran harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat mutu sirup berdasarkan Standar Nasional
Indonesia secara lengkap terlihat pada.
Tabel
1. Syarat Mutu Sirup SNI 01-3544-1994
1. Keadaan:
1.1
Aroma –
Normal
1.2
Rasa –
Normal
2. Gula Jumlah (dihitung sebagai sakarosa) % (b/b) Min
65
3. Bahan tambahan makanan:
3.1
Pemanis buatan –
Tidak boleh ada
3.2
Pewarna
tambahan – Sesuai SNI 01-0222-1995
3.3
Pengawet –
Sesuai SNI 01-0222-1995
4. Cemaran logam:
4.1
Timah (Pb)
mg/kg Maks 1.0
4.2
Tembaga (Cu)
mg/kg Maks 10
4.3
Seng (Zn) mg/kg
Maks 25
5. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 0.5
6. Cemaran Mikroba:
6.1
Angka lempeng
total koloni/ml Maks 5x102
6.2
Coliform APM/ml
Maks 20
6.3
E.coli APM/ml
< 3
6.4
Salmonella
koloni/25n Negatif
6.5
S.aureus
koloni/ml 0
6.6
Vibrio cholera
koloni/ml Negatif
6.7
Kapang
koloni/ml Maks 50
6.8
Khamir
koloni/ml Maks 50.
PENETAPAN SAMPLE
A. KADAR AIR
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam bahan, yang dinyatakan dalam persen (%).
Kadar air adalah perbedaan antara
berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila
diletakan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air
seimbang. Penentuan kadar air dalam bahan dapat ditentukan dengan beberapa cara,yaitu: Metode pengeringan
(Thermogravimetri), metode destilasi
(Thermovolumetri), metode khemis,
metodefisis, dan metode khususmisalnya dengan kromatografi, Nuclear
Magnetic Resonance (Sudarmadji et
al 1989).
Metode pengeringan atau metode
oven biasa merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air
yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan
pada suhu 105o C selama
waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah
kadar air(Astuti 2007).
B. KADAR ABU
Kadar abu merupakan campuran dari komponen
anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan
terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan
unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan.
Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan
memiliki kadar abu yang berbeda-beda. Standar mutu ikan segar berdasar SNI
01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%. Produk olahan hasil
diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang
tidak diolah menjadi surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 –
0,69% menurut SNI 01-2693-1992. Contoh jelly fish product, yakni otak-otak,
bakso dan kaki naga.
Penentuan
kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.
Penggilingan gandum, misalnya, apabila masih banyak lembaga dan endosperm maka
kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya lembaga dan endosperm pada
gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih banyak mengandung
bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak murni.
Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian
bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada
analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya
kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut. Penentuan kadar abu dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan cara langsung (cara kering) dan
pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
2.
Penentuan kadar abu secara langsung
Prinsip
pengabuan cara langsung yaitu semua zat organik dioksidasi pada suhu tinggi,
yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran ditimbang. Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan porselen
dioven terlebih dahulu selama 1 jam kemudian diangkat dan didinginkan selama 30
menit dalam desikator. Cawan kosong ditimbang sebagai berat a gram. Setelah
itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan, ditimbang dan dicatat
sebagai berat b gram. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pemanasan pada
suhu 300oC agar kandungan bahan volatil dan lemak terlindungi hingga
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya,
pemanasan pada suhu bertahap hingga 600oC agar perubahan suhu secara
tiba-tiba tidak menyebabkan cawan menjadi pecah
3.
Penentuan kadar abu secara tidak langsung
Prinsip
pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen kimia tertentu
sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol
alkohol atau pasir bebas anorganik yang selanjutnya dipanaskan dalam suhu
tinggi. Pemanasan menyebabkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga
menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan memperbesar oksidasi.
Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen semakin luas dan memperbesar porositas sehingga proses pengabuan
semakin cepat.
C.
KADAR GULA
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat
polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua
molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui
reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling
banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri
pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997).
Inversi Sukrosa
Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula
reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi
sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk.
Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH
rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur
rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5)
(Winarno 2007).
Luff Schoorl
Penentuan kadar glukosa
dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat.
Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula
dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan
tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel.
Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh
gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh
dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4
dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline
dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel.
Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan
juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil
titrasi dengan sodium hidroksida (Anonim 2010).
Gula
Pereduksi
Gula pereduksi yaitu
monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi
Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi
Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi
Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan
dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri,
dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa
sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan
lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat
menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar
masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa
keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar
dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991
dalam Swantara 1995).
ANGKA TABEL Penetapan Kadar
gula menurut Luff-Schoorl:
ml Na2S2O3
|
Glukosa
|
Galaktosa
|
Laktosa
|
Maltose
|
1
|
2,4
|
2,7
|
3,6
|
3,9
|
2
|
4,8
|
5,5
|
7,3
|
7,8
|
3
|
7,2
|
8,3
|
11,0
|
11,7
|
4
|
9,7
|
11,2
|
14,7
|
15,6
|
5
|
12,2
|
14,1
|
18,4
|
19,6
|
6
|
14,7
|
17,0
|
22,1
|
23,5
|
7
|
17,2
|
20,0
|
25,8
|
27,5
|
8
|
19,8
|
23,0
|
29,5
|
31,5
|
9
|
22,4
|
26,0
|
33,2
|
35,5
|
10
|
25,0
|
29,0
|
37,0
|
39,5
|
11
|
27,6
|
32,0
|
40,8
|
43,5
|
12
|
30.0
|
35,0
|
44,6
|
47,5
|
13
|
33,0
|
38,1
|
48,4
|
51,6
|
14
|
35,7
|
41,2
|
52,2
|
55,7
|
15
|
38,5
|
44,4
|
56,0
|
59,8
|
16
|
41,3
|
47,6
|
59,9
|
63,9
|
17
|
44,2
|
50,8
|
63,8
|
68,0
|
18
|
47,1
|
54,0
|
67,7
|
72,2
|
19
|
50,0
|
57,3
|
71,7
|
76,5
|
20
|
52,1
|
60,7
|
75,7
|
80,9
|
21
|
56,1
|
64,2
|
79,8
|
85,4
|
22
|
59,1
|
67,7
|
83,9
|
90,0
|
23
|
62,2
|
71,3
|
88,0
|
94,6
|
Sumber : Standard Industri Indonesia, Departemen
Perindustrian Republik Indonesia (1975)
D.
UJI LOGAM BERBAHAYA
Merupakan pengujian kandungan logam berbahaya dalam
produk. Prinsipnya membandingkan warna pada larutan sampel yang ditambah Na2S
dan sampel dengan K4Fe(CN)6 1N dan NaHCO3 8%
dengan pembanding logam berbahaya seperti Cu, Ag, Hg, dan Pb yang ditambah
seperti pada sampel. Apabila warna sampel sama dengan pembanding berarti
positif mengandung logam berbahaya.
Logam
berbahaya ada yang dibutuhkan oleh tubuh tapi jika berlebihan akan mengganggu
kesehatan manusia. Merupakan suatu zat kimia yang bisa terdapat pada makanan.
Kehadirannya biasanya berasal dari alat alat yang dipergunakan ketika mengolah
makanan. Yaitu alat alat yang terbuat atau dilapisi dengan bahan bahan kimia
tersebut maupun dari cara cara penanganan lainnya. Juga kadang kadang terdapat
pada alat alat rumah tangga yang terbuat dari logam stanles seperti sendok
coktail yang dilapisi timah,mangkok kramik yang dapat mengeluarkan Pb dan lain
lainnya.
Arsens
(As)
ARSENS
adalah suatu zat kimia yang sering terdapat pada makanan ,minuman dan kosmetik.
Arsens dapat merusak ginjal,jika keracunannya kuat sekali. Senyawa arsens sulit
dideteksi karena tidak memiliki rasa yang menönjol. Sering digunakan sebagai
bahan dalam kosmetik dan pada insektisida. Gejala gejala keracunan yaitu sakit
di kerongkongan sukar menelan,menyusul rasa nyeri lambung serta muntah-muntah.
Timah
hitam (Pb)
Timah
hitam ini umumnya terdapat dalam makanan,air dan obat-obatan terutama apabila
kemasannya menggunakan unsur timah. Bersifat kumulatif artinya keracunan dapat
timbtl bila kadar Pb menumpuk dalam tubuh.
Gejaka yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit.
Gejaka yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit.
Mercuri
(Hg)
Gejala-gejala
keracunan Hg timbul antara lain pada mulut dan pharyax yaitu terdapat
bercak-bercak warna abu-abu. Keadaan ini disertai perasaan nyeri,sehingga
sering timbul keluhan rasa sakit pada mulut dan lambung. Bila lambung dapat
dikosongkan dengan segera,kemungkinan untuk tertolong bagi si penderita sangat
besar. Racun ini dalam konsentrasi tinggi dapat mencapai apithel usus
halus,dapat menyebabkan bercak -bercak darah yang berat dan hebat,serta
menyebabkan shock yang membawa kematian,karena colaps pembuluh darah.
Cupper
(Cu)
Adanya
Cu pada makanan ini disebabkan terutama karena penggunaan insektisida dan
pertisida didalam usaha-usaha pertanian. Banyak pula kasus-kasus keracunan
terjadi karena Cu dalam tempat wadah untuk makanan atau minuman, Cu yang masuk
dalam mulut akan merusak ginjal hati dan syaraf pusat. Gejala-gejala yang
nampak adalah hawa mulut berbau,kerongkongan dan perut kering,rasa ingin muntah
atau diare terus menerus selama berhari-hari,terdapat darah pada kotoran(fases)
pusing-pusing dan demam.
Cadmium
(Cd)
Biasanya
cadmium terdapat pada tempa. Wadah makanan olahan,pemakaian cadmium ini sudah
mulai dilarang karena dapat menyebabkan makanan kaleng kena hama cadmium.
cadmium ini dalam kadar 30% mg dapat meracuni dan dapat menyebabkan kerusakan
pada hati dan seluruh pernapasan. Gejala-gejalanya adalah: Timbulnya bau/rasa
kaleng yang tidak enak didalam mulut. Sesak napas disertai dengan
batuk-batuk,pusing-pusing kepala. Badan terasa lemah dan kaki terasa
pegal-pegal lama kelamaan ginjal,hati akan rusak. Gejala-gejala lain yang
nampak dalam waktu 1\2 sampai 1jam Adalah,pusing kepala,kejang otot,shock
sampai mengakibatkan kematian dalam waktu 24 jam.
BAB III
METODE ANALISIS
1.
Kadar Air Metode Pemanasan
Tujuan:
Untuk mengetahui kadar air dalam sirup ABC Squash
Delight Rasa leci dengan metode pemanasan.
Dasar prinsip:
Sample dipanaskan dalam oven pada suhu 100°-105°C
dimana air menguap pada suhu 100°C sehingga bobot yang hilang pada pemanasan
selama 1jam dianggap sebagai bobot air dalam contoh.
Reaksi:
Sample sirup Sample + H2Oꜛ
Alat dan bahan:
Alat
Ø Petridish
Ø Oven
Ø Eksikator
Ø Gegep
Ø Kasa
Ø Neraca
Ø Pipet tetes
Bahan
Ø Sample Sirup ABC Squash Delight Rasa leci
Ø Kertas saring
Cara Kerja:
a)
Timbang dengan seksama 1-2 gram bahan pada sebuah
botol timbang bertutup yang sudah diketa
hui bobotnya. Untuk contoh berupa cairan, botol
timbang dilengkapi dengan pengaduk dan
kertas saring berlipat.
b)
Keringkan pada oven suhu 105°C selama 3 jam
c)
Dinginkan dalam eksikator
d)
Timbang, Ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh
bobot tetap.
2. Kadar Abu
Tujuan:
Untuk mengetahui kadar abu dalam
sample sirup ABC Squash Delight rasa leci.
Dasar Prinsip:
Abu adalah unsur-unsur mineral zat
anorganik yang merupakan sisa yang tertinggal setelah contoh diperarang sampai
bebas air dan menjadi karbon kemudian diabukan pada suhu 550° sampai bebas
karbon.
Reaksi:
Sample Abu + H2Oꜛ
+ CO2ꜛ
Alat dan bahan:
Alat
Ø Cawan
Ø Eksikator
Ø Tanur
Ø Kasa
Ø Gegep
Ø Hotplate
Ø Neraca digital
Ø Pipet tetes
Bahan
Ø Sample Sirup ABC Squash Delight Rasa leci.
Cara Kerja:
Di
timbang ± 2 g sampel ke dalam Cawan porselin
yang sudah kering dan di ketahui bobot kosongnya. kemudian di perarang
di atas hot plate lalu di abukan di dalam tanur pada suhu 550oC
selama 6 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (d gram).
3.
KADAR GULA
Tujuan:
Untuk mengetahui kadar gula pada sample sirup ABC
Squash Delight Rasa leci.
Dasar prinsip:
Gula biasanya dihitung sebagai
sakarosa, dari kedua penetapan diatas dapat dihitung juga kadar gula
non-pereduksi (sakarosa) yaitu kadar gula sesudah inverse dikurangi gula
sebelum inversi.
Reaksi:
C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6
C12H12O6 + 2CuO → Cu2O + C5H11O5-COOH
Sisa CuO + 2KI + H2SO4 → CuI2 + K2SO4 + H2O
2CuI2
↔
Cu2I2 + I2
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Alat dan bahan:
Alat
Ø Gelas piala 100 ml, 500 ml
Ø Labu ukur 100 ml
Ø Gelas ukur 100 ml
Ø Pendingin tegak
Ø Hotplate
Ø Pengaduk
Ø Bulb
Ø Neraca digital
Ø Termometer
Ø Stopwatch
Ø Penangas air
Ø Pipet volume 25 ml, 50 ml, 10 ml
Ø Erlenmeyer asah 250 ml
Ø Corong
Ø Standar corong
Ø Buret
Ø Labu semprot
Bahan
Ø Sirup ABC Squash Delight Rasa leci
Ø Pb-Asetat setengah basa
Ø Na2HPO4 10%
Ø (NH4)2HPO4 10%
Ø Larutan luff
Ø KI 20%
Ø H2SO4 25%
Ø Tio 0,1034 N
Ø Aquadest
Ø HCl 25%
Ø NaOH 30%
Ø Indikator kanji
Ø Indikator PP
Ø Kertas saring
Ø Batu didih
Cara kerja:
Persiapan
contoh:
1. Ditimbang ±10 gram contoh sirup DHT kedalam gelas piala
100ml
2. Memasukkan kedalam labu ukur 100ml lalu dihimpitkan
3. Memipet 50ml larutan tersebut lalu dimasukkan kedalam
labu ukur 250ml
4. Menambahkan kedalamnya 10ml Pb-asetat setengah basa
(berlebih). Setelah dikocok, diuji dengan meneteskan larutan NaHPO4 10%
bila telah cukup kelebihan Pb-asetat diendapkan sempurna dengan ammonium
hydrogen phosfat( 15ml) lalu dihimpitkan.
5. dikocok dan disimpan di air dingin selama 30menit sampai
endapan telah turun semua baru disaring. Saringn dipakai sebagai larutan induk.
A. Kadar gula
sebelum inverse
Memipet 10ml larutan induk kedalam Erlenmeyer asah berbatu
didih. Menambahkan 25ml larutan luff dan 15ml air (jumlah cairan 50ml) kemudian
dipasang pendingin tegak dan panaskan dengan api kecil. Tepat pada 3 menit
cairan harus sudah mulai mendidih. Dibiarkan mendidih selama 10 menit tepat .
didinginkan cepat-cepat. Lalu ditambahkan 10 berlebih larutan KI 30% dan 25ml H2SO4
25%. Dititar dengan larutan tio 0,1034N
sampai larutan berwarna kuning. Ditambahkan indicator kanji dan dititar
lagi sampai larutan berwarna putih susu. Dilakukan penetapan blanko dengan 25ml
aquadest dan 25ml larutan luff.
B. kadar gula
sebelum inverse
Memipet 10 ml larutan induk kedalam labu ukur 100ml.
menambahkan 5ml HCL 25% kemudian labu dimasukkan kedalam penangas air,
dipanaskan pada suhu 68 C-70 C (dalam labu dimasukkan termometer). Diinversi
selama 10 menit. Setelah diangkat dan didinginkan dinetralkan dengan NaOH 30%
(dipakai indicator PP) dan dihimpitkan lalu dihomogenkan lalu dihomogenkan lalu
memipet 10ml larutan hasil inverse kedalam Erlenmeyer asah kemudian kadar gula
setelah inverse ditetapkan dengan cara luff seperti gula pereduksi. Dilakukan
penetapan blanko.
4.
UJI LOGAM BERBAHAYA
Tujuan:
Untuk mengetahui ada tidaknya logam berbahaya dalam
sample minuman sirup ABC Squash Delight Rasa leci.
Dasar prinsip:
Sisa abu dari penetapan abu dilarutkan dengan HCl
pekat lalu direaksikan dengan K4[Fe(CN6)6]
dengan katalis NaHCO3
jika saat penambahan K4[Fe(CN6)6] terbentuk endapan atau larutannya menjadi keruh
maka logam berbahaya positif.
Reaksi:
Abu
+ HCl ®
Larut
Abu + HCl(p) + NaHCO3 ® Terbentuk gas CO2
Abu + HCl(p) + NaHCO3 + K4[Fe(CN6)6] ® Jernih, tak berwarna.
Alat dan bahan:
Alat
Ø Cawan
Ø Pipet tetes
Ø Pengaduk
Ø Tabung reaksi
Ø Standar corong
Ø Neraca kasar
Ø Kertas saring
Ø Kasa
Ø Gegep kayu
Bahan
Ø Sirup ABC Squash
Delight Rasa leci
Ø HCl pekat 37%
Ø Aquadest
Ø NaHCO3
Ø Kalium ferrosianida 1N
Cara kerja:
a)
Abu bekas
penetapan kadar abu dilarutkan dengan 15 tetes HCl pekat
b)
Kemudian
diencerkan dengan 10 ml aquadest
c)
Menambahkan
dengan 0,1 gram bikarbonat dan 1 tetes kaliumferrosianida 1N
d)
Mengamati
perubahan yang terjadi, endapan dan kekeruhan menandakan adanya logam berbahaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan dan perhitungan dapat di simpulkan bahwa:
Kadar Air dalam
sample sirup ABC = 56,97 %
Kadar Abu dalam
sample sirup ABC= 0,69 %
Kadar gula
dalam sample sirup ABC
Sebelum inverse: 1,90 %
Sesudah inverse: 6,76 %
Uji logam
berbahaya dalam sample sirup ABC:
Tidak
mengandung logam berbahaya.
B. SARAN
Untuk mencapai
praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya serta para
pembimbing lebih memperhatikan keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek
agar hasil praktikumnya tidak asal-asalan.
Jika masih ada
yang kurang dalam Laporan ini, mohon diberi petunjuk agar pada praktikum
selanjutnya bisa lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Djalil.,Latifah
abdul,B.Sc.,2004,Kimia Analisis Terpadu; Sekolah Menengah analis kimia,Bogor.
·
Sudarmadji,
Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa bahan makanan dan pertanian. Liberty.
Yogyakarta
·
Sudarmadji,
Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Prosedur analisa bahan makanan dan pertanian.
Liberty. Yogyakarta
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Sirup
·
Dewan
Standardisasi Nasional. 1998. SNI Sirup (SNI 01-3544-1994). Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.
5 komentar:
PELIT ASU
bisa di copy co , lo aja yang nga tau caranya
Betul yang dibilang islamuddin :)
Gmn sni kadar airnya kan tdk ada
Posting Komentar