Cute Onion Club - Onion Head

Connect with Us

Jumat, 05 April 2013

Uji Duo Trio (Prak.Organoleptik)


Pendahuluan
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya oerbedaan atau persamaan antara duo produk dari komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen.
Prinsip
Uji duo trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang kecil. Setiap panelis disajikan tiga contoh (dua contoh dari produk yang sama dan satu contoh dari produk yang berbeda). Uji duo trio hampir sama dengan uji segitiga, tetapi dalam uji ini dari awal sudah ditentukan pembanding yang dibandingkan dengan kedua contoh lainnya. Dalam penyajiannya, contoh ketiganya disajikan bersamaan. Panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh lain yang beda dengan pembanding (reference).

                                                            UJI DUO TRIO
Uji duo trio adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan.
Percobaan ini dilakukan pada 13 panelis. Sampel yang digunakan adalah sirup dengan konsentrasi 20% dan 25%. Masing-masing sampel diberi kode yaitu 497 untuk sirup dengan konsentrasi 20% dan 687 untuk sirup dengan konsentrasi 25%. Sampel baku yang digunakan ialah sirup dengan konsentrasi 25% yang diberi kode R. Panelis diminta untuk menebak sampel yang sama dengan sampel baku (R). Jawaban yang diinginkan adalah sampel 687.
Setelah uji dilakukan, dari 13 panelis hanya 4 orang yang menjawab benar, sementara 9 orang menjawab salah. Berdasarkan Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik, jumlah terkecil panelis yang menjawab benar, untuk jumlah panelis 13 orang, pada tingkat beda nyata 5%, 1%, 0,1% adalah 11, 12, dan 13 orang panelis. Hasil uji yang didapat menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap tingkat beda nyata.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk kriteria rasa antara sirup dengan konsentrasi 20% dan 25% belum dapat dikatakan memiliki mutu yang berbeda karena jumlah panelis menyatakan sama masih dibawah persyaratan yang diminta.

 Evaluasi sensori

Evaluasi sensori adalah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk mengukur, menganalisis, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu produk berdasarkan yang ditangkap oleh indera manusia, seperti penglihatan, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran.
Pada evaluasi sensori, segala macam faktor yang dapat mengganggu proses penilaian ditekan seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan setiap perserta evaluasi sensori agar tidak saling berkomunikasi sehingga penilaian yang dihasilkan benar-benar murni berasal dari pendapat pribadi masing-masing individu

Kegunaan

Evaluasi sensori dapat digunakan untuk:
  • menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi
  • mengidentifikasi area untuk pengembangan
  • menentukan apakah optimasi telah diperoleh
  • mengevaluasi produk pesaing
  • mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan
  • memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk
  • penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen
  • pengukuran korelasi sensori dan kimia atau fisik

Metode

Terdapat berbagai metode evaluasi sensori. Para peneliti harus mengetahui dengan jelas keuntungan dan kerugian metode-metode tersebut. Peneliti dapat memilih metode yang paling cocok dan efisien untuk kasus yang dihadapi. Tidak ada metode yang dapat digunakan secara umum atau untuk semua kasus. Para peneliti harus memformulasikan dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi yang ingin diperoleh dari pengujian tersebut.
Evaluasi sensori memiliki tiga jenis metode, yaitu:
  1. Uji Diskriminatif
  2. Uji deskriptif
  3. Uji Afektif

Uji Diskriminatif

Uji deskriminatif dilakukan untuk menguji secara statistika ada tidaknya perbedaan dari produk-produk yang diuji, yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Uji ini dapat berfungsi misalnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rasa suatu produk jika bahan bakunya diganti dengan jenis yang lain. Contohnya adalah: Uji segitiga, uji duo-trio, dan uji pasangan.
Uji segitiga digunakan apabila akan dilakukan penggantian jenis produk dengan tujuan produk pengganti tidak berbeda secara signifikan terhadap produk standar. Biasanya uji ini dilakukan oleh panelis yang terlatih.
Uji pasangan adalah uji dimana para panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua contoh yang disajikan. Uji duo-trio adalah uji dimana ada 3 jenis contoh (dua sama, satu berbeda) disajikan dan para penelis diminta untuk memilih contoh yang sama dengan standar.
Ada pula uji rangking yang meminta para panelis untuk merangking sampel-sampel berkode sesuai urutannya untuk suatu sifat sensori tertentu. Uji sensitivitas terdiri atas uji treshold, yang menugaskan para penelis untuk mendeteksi ukuran batas deteksi suatu zat atau untuk mengenali suatu zat pada level batas deteksinya. Uji lainnya adalah uji pelarutan yang mengukur dalam bentuk larutan jumlah terkecil suatu zat dapat terdeteksi. Kedua jenis uji di atas dapat menggunakan uji pembedaan untuk menentukan batas deteksi.

Uji Deskriptif

Uji deskripsi didesain untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu atribut mutu dikategorikan dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang menggambarkan intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga besarnya suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel, dengan menggunakan metode skala rasio.
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Untuk melakukan uji ini, dibutuhkan penguji yang terlatih.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian skor, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun.

Uji Afektif

Uji afektif merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui produk-produk mana yang disukai penguji dan produk-produk mana yang tidak disukai. Salah satu contoh uji afektif adalah Uji hedonik.
Uji hedonik dapat dilakukan oleh penguji baik yang terlatih ataupun konsumen biasa. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen atau penguji terhadap suatu produk. Skala yang tersedia pada uji hedonik adalah mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka terhadap sampel yang diberikan. Penguji diminta untuk mengevaluasi setiap sampel produk dan menentukan skala kesukaan mereka terhadap sampel produk tersebut. Uji ini biasanya dilakukan oleh panelis umum, yang sudah maupun yang belum terlatih.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More