BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sirup merupakan minuman
yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, hal ini karena kemudahan dalam
menyajikannya. Sirup merupakan larutan gula pekat yang digunakan sebagai bahan
minuman dengan atau tanpa ditambahkannya asam (antara lain asam sitrat, asam
tartarat dan asam laktat) juga aroma dan zat warna (Hadiwijaya, 2002).
Oleh karena itu kami memilih
menganalisa sample syrup DHT yaitu agar masyarakat serta penulis dapat
mengetahui kandungan yang ada di dalam syrup DHT tersebut dan dapat menjadikan
referensi dalam kehidupan sehari-hari
B. Maksud dan Tujuan
B.1 Maksud
Maksud dari
pembuatan PROPOSAL ANALISIS SAMPLE MINUMAN SYRUP DHT dalam PRAKTIKUM ANALISIS
TERPADU II (MAKANAN & MINUMAN)
adalah mengembangkan pengetahuan dengan mengetahui zat/senyawa yang
terkandung dalam syrup DHT
B.2 Tujuan
Setelah melakukan analisis ini, siswa
diharapkan :
1. Mampu Menganalisis Kadar Air
dalam sample syrup DHT
2. Mampu menganalisis Kadar Abu
dalam sample syrup DHT
3. Mampu menguji Logam Berbahaya
dalam sample syrup DHT
4. Mampu menganalisis Kadar Gula
dalam sample syrup DHT sebelum dan setelah inversi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Syrup
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain
buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya
untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun
pepaya jantan.
Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika
misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur)
sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk
memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai
bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti
manisan, dodol, keripik, dan sale.
Pada
prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah, yaitu :
Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu
cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan
penambahan air dan gula pasir.
Sari buah pekat/sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari
pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan
cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa
udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus
diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
Sirup (dari Bahasa Arab شراب sharab,
minuman) adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki
kecenderungan untuk mengendapkan kristal. Viskositas (kekentalan) sirup disebabkan oleh banyaknya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang
melarutkannya. Secara teknik maupun dalam dunia ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan
untuk menyebut cairan kental, umumnya residu, yang mengandung zat terlarut selain gula.
Untuk meningkatkan kadar gula terlarut, biasanya sirup dipanaskan. Larutan
sirup menjadi super-jenuh.
Sirup adalah
larutan gula (sakarosa) pekat dengan minimal 55%. Larutan ini biasa
dipergunakan sebagai bahan minuman dan diperbolehkan ditambah asam sitrat, asam
tartrat atau asam laktat. Dapat juga ditambah zat pewangi (essence), bahan
pengikat/pengental (agar-agar) dan sari buah.
Berdasarkan SNI 01-2985-1992, Syarat
mutu sirup fruktosa adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Syarat mutu sirup fruktosa HFS
No
|
Kriteria
Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
HFS
42
|
HFS
55
|
|||
1
|
Keadaan
|
|||
1.1
|
Bau
|
Tidak
berbau
|
Tidak
berbau
|
|
1.2
|
Rasa
|
Manis
|
Manis
|
|
1.3
|
Warna
|
RBU
|
Maks
35
|
Maks
35
|
2
|
Kekeruhan (nilai absorbansi pada 720 nm
dari larutan 54 Brix)
|
Maks
0,02
|
Maks
0,02
|
|
3
|
Jumlah padatan
|
%b/b
|
70,5
– 71,5
|
76,5
– 77,5
|
4
|
Abu sulfat
|
%b/b
|
Maks.
0,05
|
Maks.
0,05
|
5
|
Fruktosa
|
%
(adbk)
|
Min
42
|
Min
55
|
6
|
Dekstrosa
|
%
(adbk)
|
50 –
53
|
39 –
42
|
7
|
Belerang dioksida (SO2)
|
mg/kg
|
Maks.
20
|
Maks.
20
|
8
|
pH (tanpa pengenceran)
|
3,5
– 4,5
|
3,5
– 4,5
|
|
9
|
Cemaran logam
|
|||
9.1
|
Timbal (Pb)
|
mg/kg
|
Maks
0,5
|
Maks
0,5
|
9.2
|
Tembaga (Cu)
|
mg/kg
|
Maks
2,0
|
Maks
2,0
|
10
|
Arsen (As)
|
mg/kg
|
Maks
1,0
|
Maks
1,0
|
11
|
Cemaran mikroba
|
|||
11.1
|
Angka lempeng total
|
koloni/g
|
Maks
5,0 x 102
|
Maks
5,0 x 102
|
11.2
|
Coliform
|
APM/g
|
Maks.
20
|
Maks.
20
|
11.3
|
E. coli
|
APM/g
|
<
3
|
<
3
|
11.4
|
Kapang
|
koloni/g
|
Maks.
50
|
Maks.
50
|
11.5
|
Khamir
|
koloni/g
|
Maks.
50
|
Maks.
50
|
CATATAN
Butir 7 diusulkan untuk dihilangkan
|
II.2 Syrup DHT
Sirup DHT atau pisang ambon ini merupakan salah satu sirup
yang hanya ada dijual di kota Makassar dan sekitarnya. Sirup yang produksi oleh
perusahaan syroop sari buah DHT yang berada di Makassar ini sebenarnya tidak
ada campuran pisang ambonnya. nda tau dari mana nama pisang ambonnya berasal
(hehehe)
Harga per botolnya sekitar Rp12.000 sekarang, padahal dulu sirup ini hanya seharga Rp8.000. mungkin akibat banyaknya pesanan yang mengakibatkan sirup ini mengalami kenaikan harga.
Biasanya keluarga yang ada diluar pulau sulawesi sering memesan sirup ini sebagai oleh-oleh. sirup ini sangat terkenal di Makassar sebagai capuran untuk es buah. tapi bisa juga langsung untuk diminum. dan rasanya tidak kalah dari sirup lainnya.
jadi kalo datang ki di Makassar, coba maki ini sirup DHT yang banyak dijual di toko oleh-oleh di Makassar maupun di swalayan dan supermarket di Kota Makassar.
Harga per botolnya sekitar Rp12.000 sekarang, padahal dulu sirup ini hanya seharga Rp8.000. mungkin akibat banyaknya pesanan yang mengakibatkan sirup ini mengalami kenaikan harga.
Biasanya keluarga yang ada diluar pulau sulawesi sering memesan sirup ini sebagai oleh-oleh. sirup ini sangat terkenal di Makassar sebagai capuran untuk es buah. tapi bisa juga langsung untuk diminum. dan rasanya tidak kalah dari sirup lainnya.
jadi kalo datang ki di Makassar, coba maki ini sirup DHT yang banyak dijual di toko oleh-oleh di Makassar maupun di swalayan dan supermarket di Kota Makassar.
II.3 Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam bahan, yang dinyatakan dalam persen (%). Kadar air juga salah
satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa pada bahan pangan.
Kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya lama pengeringan, proses
pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama pengeringan. Pengeringan dengan
menggunakan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pengeringan yang tidak merata,
yaitu bagian luar kering sedangkan bagian dalam masih banyak mengandung air.
Ada beberapa macam metoda kadar air, yakni :
a. Metoda
pemanasan langsung
b. Metoda
pengering vakum
c. Metoda
karl fischer
Pemilihan metoda yang akan dipakai, tergantung
dengan bagaimana keadaan/sifat contoh yang akan ditetapkan. Dalam penetapan
kadar air pada sampel mie dan sirup, dilakukan metoda pemanasan langsung.
Metoda pemanasan langsung digunakan untuk menetapkan kadar air dari zat yang
tidak mudah rusak atau menguap pada suhu pemanasan 100o – 105o C.
Penetapan ini relatif sederhana dimana contoh yang telah ditimbang atau diketahui
bobotnya dipanaskan dalam suatu pengering listrik pada suhu 100o –
105oC sampai bobot tetap. Selisih bobot contoh awal dengan bobot
tetap yang telah dicapai setelah pengeringan adalah air yang telah menguap.
Analisa kadar air
menggunakan pengering oven merupakan cara analisis yang paling banyak digunakan
karena relatif sederhana. Namun demikian, sering adanya kesalahan yang
diabaikan praktikan, yakni :
· Jika
suhu oven yang digunakan lebih kecil dari yang seharusnya (105o C)
dapat mengakibatkan tidak semua air dalam contoh teruapkan hingga dapat
menyebabkan kadar air yang diperoleh kecil dari yang seharusnya.
· Jika
suhu oven lebih besar dari yang seharusnya dapat menyebabkan kadar air lebih
tinggi karena tidak hanya air yang teruapkan tetapi minyak atsiri yang mudah
menguap ikut teruapkan.
II.4 Kadar Abu
Abu adalah unsur-unsur
mineral zat organik, merupakan sisa yang tertinggal setelah contoh dibakar
sampai bebas karbon dan air. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada
macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral
suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdiri dari dua macam,
yaitu :
ü Garam-garam
organik (asam malat, oksalat, asetat)
ü Garam-garam
anorganik (phospat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat, dan logam alkali).
Selain kedua garam
tersebut, kadang-kadang mineral dapat terbentuk sebagai senyawa yang kompleks
bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk
aslinya itu sangat sulit. Oleh karena itu dilakukan dengan menentukan sisa
pembakaran garam mineral tersebut denga cara pengabuan. Komponen mineral dalam
suatu bahan sangat bervariasi, baik macam maupun jumlahnya. Penentuan
konsistensi merupakan bahan hasil yang dapat dibedakan menjadi 2 tahap, yakni:
pengabuan total (larut dan tidak larut) dan penentuan individu komponen.
Penentuan kadar abu total
bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang terdapat dalam sampel. Abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar
abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan.
Kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan semakin tinggi kadar abu
maka kebesihan suatu produk semakin berkurang
Penentuan kadar abu dapat
dilakukan dengan cara pengabuan dengan cara langsung (cara kering).
Prinsip dari pengabuan
cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi
yaitu sekitar 500o – 600o C dan kemudian
melakukan penimbangan zat tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.
Kadar abu sangat
bergantung pada lama pengeringan. Mekanisme pengeringan berlangsung secara
perlahan dan bertahap, sehingga kandungan zat-zat sisa fermentasi yang
tekandung di dalam suatu bahan menguap dengan sempurna tanpa ada hambatan.
Pengeringan dengan suhu tinggi sejak awal proses pengeringan mengakibatkan
penurunan mutu suatu bahan. Hal ini disebabkan penguapan air dan kandungan
zat-zat terjadi secara mendadak, yang menyebabkan pengkerutan dan pengerasan
kulit. Pengeringan yang terlalu lama juga mengakibatkan peningkatan kadar abu
dalam suatu sampel.
Kelebihan pengabuan cara langsung :
· Untuk
penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta sampel
yang relatif banyak
· Menganalisa
abu yang larut dan tidak larut dalam air dan asam
· Tanpa
menggunakan reagensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko
akibat pengguna reagen yang berbahaya.
Kelemahan menggunakan cara langsung untuk
penentuan kadar abu :
· Membutuhkan
waktu yang lebih lama
· Memerlukan
suhu yang relatif tinggi
· Adanya
kemungkinan air karena pemakaian suhu tinggi
II.5 Kadar Gula
Gula
adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang
digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan
untuk menyatakan sukrosa (gula pasir), gula yang diperoleh dari bit atau
tebu. Gula merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida dan disakarida.
1. Monosakarida
Gula monosakarida yang umumnya terdapat dalam
pangan mengandung enam atom karbon dan mempunyai rumus umum C6H12O6.
Tiga senyawa gula monosakarida yang penting antara lain:
a. Glukosa
Glukosa memiliki tingkat rasa manis hanya 0,74
kali tingkat manis sukrosa. lukosa juga dikenal sebagai D-glukosa, Dextrosa,
Glucolin, Dextropur, Dextrosol, gula darah, gula anggur dan gula sirup jagung.
Terdapat luas dalam keadaan tak terikat dengan senyawa lain dalam buah dan
bagian tanaman lain. Dapat terikat dalam senyawa glukosida dan dalam disakarida
dan oligisakarida, dalam selulosa dan pati (polisakarida) dan dalam glikogen.
Dibuat secara komersial dari pati berbagai tanaman.
b. Fruktosa
Juga dikenal sebagai levulosa, senyawa ini
secara kimiawi mirip glukosa kecuali susunan atom-atom dalam molekulnya sedikit
berbeda. Fruktosa banyak terdapat dalam buah-buahan, madu. Fruktosa dapat
dibentuk dari sirup hasil hidrolisa inulin (gula dari umbi
tanaman bunga Dahlia) secara asam yang kemudian ditambah alkohol absolut. Dapat
juga dibentuk secara isomerasi glukosa (dengan enzim isomerase)
atau dari sukrosa secara enzimatis (enziminvertase). Fruktosa merupakan
senyawa jenis gula yang paling manis (1,12 kali lebih manis daripada sukrosa)
dan sering digunakan untuk mencegah rasa berpasir (sandiness) es krim. Labih
mudah larut dalam air daripada glukosa. Satu gram fruktosa dapat larut dalam 15
ml alcohol atau dalam 14 ml methanol. Juga larut dalam aseton, piridin,
etilamin, dan metilamin.
2. Disakarida
Gula-gula disakarida mempunyai rumus umum C12H22O11.
Senyawa-senyawa ini terbentuk jika dua molekul monosakarida bergabung dengan
melepaskan satu molekul air, seperti terlihat pada reaksi di bawah ini :
C6H12O6
+ C6H12O6
C12H22O11 + H2O
monosakarida
monosakarida
disakarida air
Macam-macam
disakarida:
a. Sukrosa
Senyawa ini adalah yang dikenal sehari-hari
dalam rumah tangga sebagai gula dan dihasilkan dalam tanaman dengan jalan
mengkondensasikan glukosa dan fruktosa. Sukrosa didapatkan dalam sayuran dan
buah-buahan, beberapa diantaranya seperti tebu dan bit gula mengandung sukrosa
dalam jumlah yang relatif besar. Dari tebu dan bit gula itulah gula diekstraksi
secara komersial. Madu lebah mengandung sebagian besar sukrosa dan hasil
hidrolisisnya. Sukrosa dapat mengalami hidrolisa dalam larutan asam encer atau
oleh enziminvertase menjadi glukosa dan fruktosa. Selama hidrolisa
putaran optis menurun dan yang mula-mula positif berubah menjadi negatif
setelah menjadi hidrolisa sempurna. Campuran glukosa dan fruktosa disebut “gula
invert” dan perubahannya disebut proses inverse.
b. Laktosa
Gula ini dibentuk dengan
proses kondensasi glukosa dan galaktosa. Senyawa ini didapatkan hanya pada
susu, dan menjadi satu-satunya karbohidrat dalam susu.
c. Maltosa
Molekul maltosa dibentuk
dari hasil kondensasi dua molekul glukosa. Selama perkecambahan biji “barley”,
pati diuraikan menjadi maltosa. “Malt” ingredien amat penting dalam pembuatan
bir, dihasilkan pada proses ini.
Semua
gula berasa manis, tetapi tingkatan rasa manisnya tidak sama. Rasa manis
berbagai macam gula dapat diperbandingkan dengan menggunakan skala nilai dimana
rasa manis sukrosa dianggap 100. Tabel 1 menunjukan kemanisan nisbi
bermacam-macam gula.
Tabel
1. Kemanisan nisbi berbagai gula
Gula
|
Kemanisan Nisbi
|
Fruktosa
|
173
|
Gula Invert
|
130
|
Sukrosa
|
100
|
Glukosa
|
74
|
Maltosa
|
32
|
Galaktosa
|
32
|
Laktosa
|
16
|
Hidrolisis
sukrosa juga dikenal sebagai inversi sukrosa dan hasilnya yang berupa campuran
glukosa dan fruktosa disebut “gula invert”, inversi dapat dilakukan baik dengan
memanaskan sukrosa bersama asam atau dengan menambahkan enzim invertase.
Sejumlah kecil gula invert yang ditambahkan pada sukrosa akan mengurangi
kecenderungannya untuk mengikat selama sukrosa didihkan. Semua monosakarida dan
disakarida yang telah disebut, kecuali sukrosa, dapat berperan sebagai agensia
pereduksi dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan senyawa-senyawa
gula mereduksi agensia pengoksidasi mendasari berbagai cara pengujian untuk
glukosa dan gula-gula reduksi lainnya. Kandungan senyawa gula pada tiap-tiap
bahan tersebut berbeda-beda, sehingga praktikum ini diadakan untuk mengetahui
kandungan gula pada gula-gula tersebut baik gula reduksi maupun gula totalnya.
Penentuan Gula Total dan
Gula Reduksi
Gula
total merupakan campuran gula reduksi dan non reduksi yang merupakan hasil
hidrolisa pati. Semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa berperan
sebagi agensia pereduksi dan karenanya dikenal sebagai gula reduksi. Kemampuan
senyawa-senyawa gula mereduksi agensia pengoksidasi mendasari berbagai cara
pengujian untuk glukosa dan gula-gula reduksi lainnya.
Menurut
SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa metode cara uji pada gula yaitu :
a. Metode
Luff Schoorl
b. Metode
Lane Eynon
Pada makalah ini metode yang digunakan adalah
metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena sangat menguntungkan dalam
menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar
sakarosa adalah disakarida , yang apabila direduksi akan menghasilkan
monosakarida yang bersifat pereduksi. Monosakarida tersebut akan mereduksikan
CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan
dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang
dibebaskan tersebut dititar dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
NaOCl) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas
ini selanjutnya akan dititar dengan larutan standar natrium thiosulfat sehinga
I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam
air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum,
maka penambahannya sebelum titik ekivalen.
Pada prinsipnya, iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi
karena terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks) dari zat-zat yang terlibat
dalam reaksi, dalam hal ini transfer electron dari pasangan pereduksi ke
pasangan pengoksidasi. Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih elektron dari
suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau
lebih elektron. Tidak ada dalam elektron bebas dalam sistem kimia, oleh karena
itu pelepasan elektron (oksidasi) selalu diikuti penangkapan elektron
(reduksi).
Reaksi
(C6H10O5)n
+ n H2O
n. C6H12O6
C6H12O6 + 2
CuO
Cu2O + C5H11O5-COOH
sisa CuO + 2 KI + H2SO4 CuI2
+ K2SO4 + H2O
CuI2 Cu2I2 +
I2
I2 + 2 Na2S2O3 2
NaI + Na2S4O6
Indikator
Pada
iodometri titrasi selalu berkaitan dengan I2, meskipun warna I2 berbeda
dengan I2, secara teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan
indikator, tapi karena warnanya dalam keadaan sangat lemah maka pada titrasi
ini diperlikan indikator. Indikator yang digunakan adalah indikator amilum dan
I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi dapat balik.
II.6.
Uji Logam Berbahaya
Logam
berbahaya ada yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi jika berlebihan akan
mengganggu kesehatan manusia. Logam merupakan zat kimia yang bisa terdapat pada
makanan. Kehadirannya biasanya berasal dari alat-alat yang dipergunakan ketika
mengolah makanan. Yaitu alat-alat yang terbuat atau dilapisi dengan bahan-bahan
kimia tersebut maupun dari cara-cara penanganan lainnya. Juga kadang-kadang
terdapat pada alat-alat rumah tangga yang terbuat dari logam stainless seperti
sendok koktail yang dilapisi timah. Mangkok keramik yang dapat mengeluarkan Pb
dan lain-lain.
Keracunan
logam berat yang berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya.
Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang
erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia. Pencemaran
lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang menggunakan logam
tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang
limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya
bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara).
Istilah
logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar
dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai
sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian,
yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40
jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah:
arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni),
dan seng (Zn).
II.6 Uji Logam Berbahaya
Logam berbahaya ada yang dibutuhkan oleh
tubuh tapi jika berlebihan akan mengganggu kesehatan manusia. Merupakan suatu
zat kimia yang bisa terdapat pada makanan. Kehadirannya biasanya berasal dari
alat alat yang dipergunakan ketika mengolah makanan. Yaitu alat alat yang
terbuat atau dilapisi dengan bahan bahan kimia tersebut maupun dari cara cara
penanganan lainnya. Juga kadang kadang terdapat pada alat alat rumah tangga
yang terbuat dari logam stanles seperti sendok coktail yang dilapisi
timah,mangkok kramik yang dapat mengeluarkan Pb dan lain lainnya. Arsens( As )
adalah suatu zat kimia yang sering terdapat pada makanan, minuman dan kosmetik.
Arsens dapat merusak ginjal,jika keracunannya kuat sekali. Senyawa arsens sulit
dideteksi karena tidak memiliki rasa yang menönjol. Sering digunakan sebagai
bahan dalam kosmetik dan pada insektisida.
Gejala gejala keracunan yaitu sakit di kerongkongan sukar menelan,menyusul rasa nyeri lambung serta muntah-muntah. Timah hitam(Pb) ini umumnya terdapat dalam makanan,air dan obat-obatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur timah. Bersifat kumulatif artinya keracunan dapat timbtl bila kadar Pb menumpuk dalam tubuh. Gejala yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit. Adanya Cupper(Cu) pada makanan ini disebabkan terutama karena penggunaan insektisida dan pertisida didalam usaha-usaha pertanian. Banyak pula kasus-kasus keracunan terjadi karena Cu dalam tempat wadah untuk makanan atau minuman, Cu yang masuk dalam mulut akan merusak ginjal hati dan syaraf pusat. Gejala-gejala yang nampak adalah hawa mulut berbau,kerongkongan dan perut kering,rasa ingin muntah atau diare terus menerus selama berhari-hari,terdapat darah pada kotoran(fases) pusing-pusing dan demam.
Gejala gejala keracunan yaitu sakit di kerongkongan sukar menelan,menyusul rasa nyeri lambung serta muntah-muntah. Timah hitam(Pb) ini umumnya terdapat dalam makanan,air dan obat-obatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur timah. Bersifat kumulatif artinya keracunan dapat timbtl bila kadar Pb menumpuk dalam tubuh. Gejala yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit. Adanya Cupper(Cu) pada makanan ini disebabkan terutama karena penggunaan insektisida dan pertisida didalam usaha-usaha pertanian. Banyak pula kasus-kasus keracunan terjadi karena Cu dalam tempat wadah untuk makanan atau minuman, Cu yang masuk dalam mulut akan merusak ginjal hati dan syaraf pusat. Gejala-gejala yang nampak adalah hawa mulut berbau,kerongkongan dan perut kering,rasa ingin muntah atau diare terus menerus selama berhari-hari,terdapat darah pada kotoran(fases) pusing-pusing dan demam.
0 komentar:
Posting Komentar