SABUN
2.1
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
PENETAPAN KADAR LEMAK BEBAS YANG TIDAK TERSABUNKAN
Tujuan : Menentukan banyaknya lemak tak
tersabunkan (RCOOH + R’H) apabila hasil analisa lemak tak tersabunkan > 3%.
2. PENETAPAN ALKALI BEBAS
Tujuan : Menentukan
kadar alkali bebas di dalam sabun yang tidak bereaksi pada pembentukkan sabun.
3. PENETAPAN ALKALI TOTAL
Tujuan : Menentukan
kadar alkali total di dalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali
terikat.
4. PENETAPAN
KADAR ZAT PEMBERAT/ PENGISI (FILLERS)
Tujuan :
Menentukkan kadar zat pemberat/ pengisi pada contoh sabun.
5. PENETAPAN MINYAK/ LOGAM PELIKAN
Tujuan :
Menentukan minyak/ logam pelikan yang terdapat pada sabun.
2.2 TEORI DASAR
Sejarah sabun
Pliny (23 – 79)
menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep
dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun
100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di
Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih
sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen,
ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia
membuat sabun mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa
Spanyol
sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru
memproduksi tahun
1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi
pusat
perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit
soda mentah. Akhir
tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan
alkali dapat dibuat
dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia
terjangkau bagi semua
orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an.
"Pengusaha-"nya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar.
Selanjutnya,
adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun
dipotong-potong, dan dijual
dari rumah ke rumah. Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang
biasa, bukan lagi
barang mewah.
Lemak dan minyak yang
umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol. Masing –
masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon
panjang
antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan
lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui
proses saponifikasi
dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol.
Sifat – sifat sabun
yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari
komponen asam – asam lemak yang digunakan. Komposisi asam – asam lemak
yang sesuai
dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.
Pada umumnya,
panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya
karena dapat
membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18
atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Terlalu besar
bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah
teroksidasi bila
terkena udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual
menyebabkan lemak
dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil
reaksi dari asam lemak dengan logam alkali. Hasil penyabunan tersebut diperoleh
suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang berasal
dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa
yang kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman,
bila sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke
permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan
larutan garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental
tersebut dicuci dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau
memisahkan garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak
menjadi sabun batangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan
dari sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum. Garam NaCl dapat
diperoleh kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi.
Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan Kualitatif
Penetapan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun
mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas.
Cara penetapan :
Ø Contoh
sabun diparut/ dipotong halus
Ø Timbang
sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam tabung rekasi yang bersih dan
kering
Ø Larutkan
sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas penangas air)
Ø Kemudian
dibubuhi 1-2 tetes indicator PP
b. Penetapan Kwantitatif
Ø Penetapan
kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji kualitatif
Jika
setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah berarti sabun
mengandung asam lemak bebas atau netral
Ø Apabila
sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas
Analisis sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
- Alkali bebas
- Asam lemak bebas
- Alkali total
- Alkali terikat
- Asam lemak total
- Asam lemak terikat
- Lemak netral yang tidak tersabunkan
- Zat pemberat/ pengisi
- Logam minyak/ Minyak Pelikan
- Kadar air
Definisi
Sabun adalah garam
logam dari asam lemak.
-
Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan
asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
-
Reaksi pertama :
Lemak + NaOH Hidrolisa mendidih Gliserol + Asam lemak
-
Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH Penyabunan RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu
rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu
bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion
bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon,
sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok
dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kegunaan sabun ialah kemempuannya
mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.
Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon
sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh
ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain.
Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak
dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Sabun termasuk dalam kelas umum
senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik
(satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon
suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar
efektif.
Larutan encer sabun selalu terionkan
membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga
sabun alkil natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai
sifat ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus
karboksilat – COO bersifat hidrofil
(menarik air).
RCOONa RCOO- + Na+
Larutan sabun selalu trhidrolisa di
dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator
PP(fenolftalein) selalu berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu bersamaan
akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH
dan Na+.
RCOONa RCOOH +
Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk :
X RCOOH
+ Y RCOONa (RCOOH)X (RCOONa)Y
asam – sabun (tidak aktif)
Suhu titer sabun adalah suhu dimana
larutan koloid sabun berubah menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan
titik keruh adalah suhu dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena
terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin.
Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh
berbeda dan merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka
untuk penggunaan sebagai detergen, larutan sabun dipanaskan sampai mendekati
suhu titer.
Sabun larut dalam alkohol dan
sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara koloidal di dalam air dan
bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air
(hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa
kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan
cepat pada suhu makin tinggi.
Larutan asam akan segera
menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali. Di dalam air dingin berbentuk
gumpalan dan di dalam air panas akan melelh dan membentuk lapisan minyak yang
jernih di prmukaan larutan asam.
R
– COONa + HCl
H+ R – COOH +
NaCl
Pembuatan sabun
- Alkali
Jika
alkali berlebih maka dihasilkan : campuran sabun, gliserol, sisa alkali dan
air. Sabun yang terbentuk bersifat basa.
Jika
alkali kurang maka akan dihasilkan : campuran sabun, gleserol, asam lemak yang
berasal dari lemak yang terhidrolisa alkali. Campuran hasil reaksi tersebut
berupa masa yang kental.
Reaksi
sabun
RCOOH
+NaOH RCOONa + H2O
Jika NaOH
berlebih maka :
RCOOH
+NaOH RCOONa + NaOH + H2O
Jika
sabun berlebih maka :
RCOOH
+NaOH RCOONa + RCOOH + H2O
- Untuk sabun natrium
Pemisahan
masa dengan penggaraman dengan NaCl jenuh pemisahan gliserol dan larutan garam
dengan cara penyaringan. Sabun dicuci untuk memisahkan dengan garam.
- Untuk sabun kalium
Alkali
bebas tidak boleh ada dalam sabun. Untuk sabun mandi harus berlebih asam
lemaknya agar empuk.
- Zat aditif (zat yang ditambahkan kedalam sabun) ditambahkan sesuai fungsi (pewangi dll) maksimal 10%.
Sifat sabun
Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam
pelarut lemak
Sabun +
air → larutan koloid
Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat
surfaktan yang terdiri dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air
(hidrofob)
Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih)
mengendap sebagai sabun kalsium/ natrium.
Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak
kembali.
RCOONa +
HCl →
RCOOH + NaCl
Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari
alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk
molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik
sabun seperti derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun
jumlah C-nya 14,15, dan 17
Fungsi sabun diantaranya:
a.
sabun
alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK, RCOONH4
b.
sabun
alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak permananen (RCOO)2Ca,
(RCOO)2Mg, (RCOO)3Al
Sabun yang digunakan
sebagai pencuci pada umumnya dibuat dari basa natrium yang direaksikan dengan
asam lemak berantai panjang. Untuk tujuan tertentu sabun dapat dibuat dari
garam kalium, misalnya untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam air.
Cara pembuatan sabun secara singkat dapat diihat sebagai berikut:
Pemasakan minyak/lemak dalam
larutan alkali (NaOH atau KOH) pada suhu mendidih (95 – 100 0C).
O
H2C-O-C-R’ H2C-OH
O NaOH,
hidrolisa
HC-O-C-R’’ HC-OH
+ 3 RCOOH
O pada
suhu mendidih
H2C-O-C-R’’’ H2C-OH
Lemak/minyak gliserol
asam lemak
penyabunan
RCOOH + NaOH RCOONa
Analisa sabun
1.
Penetapan Kadar Lemak Bebas yang tidak Tersabunkan
Lemak
tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan
untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sabun.
2.
Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)
Zat
pengisi atau zat pemberat pada sabun adalah zat-zat semacam kaolin, batu
ambang, asbes, kapur, dll. Zat-zat tersebut ditambahkan pada waktu pembuatan
sabun sebagai zat pengisi atau zat pemberat, dengan maksud untuk menambah berat
dan mempermudah bentuk sabun bila dicetak. Penetapannya yaitu dengan cara penyaringan secara
kualitatif.
3.
Penetapan
Minyak/Logam Pelikan
Minyak/logam pelikan adalah
minyak-minyak mineral/zat-zat yang tidak bisa disabunkan, misalnya: minyak
tanah, minyak mesin, dll. Ditetapkan secara kwalitatif.
4.
Penetapan
Alkali Bebas
Kadar alkali bebas adalah yang
menunjukkan banyaknya kadar alkali bebas (sebagai NaOH) yang dapat dinetralkan
oleh asam). Penetapannya dengan cara titrasi asidimetri.
5.
Penetapan
Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah bilangan
yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak
bebas didalam sabun. Maksudnya untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang
tidak bereaksi dengan alkali menjadi sabun. Penetapannya dilakukan dengan cara
titrasi alkalimetri dengan larutan alkohol KOH sebagai penitarnya karena asam
lemak dicari jumlahnya dimana jumlahnya ekivalen dengan asam dititar dengan
alkali
6.
Penetapan
Alkali Total
Kadar alkali total adalah
bilangan yang menunjukkan banyaknya alkali bebas dan alkali terikat (sebagai
NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam. Tujuannya untuk menentukan kadar alkali
total didalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali terikat. Cara
penetapan dengan hidrolisa sabun dalam air.
0 komentar:
Posting Komentar