Cute Onion Club - Onion Head

Connect with Us

Jumat, 30 Maret 2012

Pembuatan Perak nitrat (AgNO3)


Perak nitrat merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah prekursor serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti yang digunakan dalam fotografi. Hal ini jauh lebih sensitif terhadap cahaya dari halida. Hal ini pernah disebut lunar kaustik karena perak disebut luna oleh para ahli alkimia kuno, karena mereka percaya perak yang dikaitkan dengan bulan [1].Penemuan
Albertus Magnus, pada abad ke-13, didokumentasikan kemampuan asam nitrat untuk emas dan perak yang terpisah dengan melarutkan perak. [3] Magnus mencatat bahwa solusi yang dihasilkan dari nitrat perak bisa menghitamkan kulit. Nama umum yang pada saat itu adalah perak asam nitrat.[Sunting]Synthesis
Perak nitrat dapat dibuat dengan perak bereaksi, seperti emas perak atau foil perak, dengan asam nitrat, menghasilkan perak nitrat, air, dan oksida nitrogen.

    3 Ag + 4 HNO3 → 3 AgNO3 + 2 H2O + NO
    3 Ag + 6 HNO3 → 3 AgNO3 + 3 + 3 H2O NO2
    dll
Ini dilakukan di bawah lemari asam karena oksida nitrogen beracun (s) berevolusi selama reaksi. [4][Sunting] Reaksi
Reaksi khas dengan perak nitrat adalah untuk menangguhkan batang tembaga dalam larutan perak nitrat dan biarkan selama beberapa jam.
 Para perak nitrat bereaksi dengan tembaga untuk membentuk kristal mirip rambut dari logam perak dan solusi biru nitrat tembaga:

    2 AgNO3 + Cu → Cu (NO3) 2 + 2 Ag
Perak nitrat juga terurai bila dipanaskan:

    2 AgNO3 → 2 Ag + O2 + 2 NO2
Logam yang paling nitrat termal terurai menjadi oksida masing-masing, tetapi oksida perak terurai pada suhu lebih rendah dari perak nitrat, sehingga penguraian hasil perak nitrat perak unsur sebagai gantinya.[Sunting] Penggunaan[Sunting] Prekursor untuk senyawa perak lainnya
Perak nitrat adalah garam paling mahal dari perak, ia menawarkan beberapa keuntungan lainnya juga.
 Ini adalah non-higroskopis, berbeda dengan fluoroborate perak dan perklorat perak. Hal ini relatif stabil terhadap cahaya. Akhirnya, larut dalam pelarut banyak, termasuk air. Nitrat dapat dengan mudah digantikan oleh ligan lain, rendering AgNO3 serbaguna. Pengobatan dengan solusi ion halida memberikan endapan AgX (X = Cl, Br, I). Ketika membuat film fotografi, perak nitrat diobati dengan garam halida natrium atau kalium untuk membentuk perak halida tidak larut di situ di fotografi gelatin, yang kemudian diterapkan pada strip tri-asetat atau polyester.Demikian pula, perak nitrat digunakan untuk menyiapkan beberapa perak berbasis bahan peledak, seperti marah, azida, atau acetylide, melalui reaksi presipitasi.
Pengobatan perak nitrat dengan basis memberi oksida perak abu-abu gelap: [5]

    2 AgNO3 + 2 NaOH → Ag2O + 2 NaNO3 + H2O



Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Reaksi yang terjadi adalah:
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Larutan AgNO3 dan larutan NaCl, pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika NaCl ditambah dengan garam natrium bikarbonat yang berwarna putih, larutan tetap jernih tidak berwarna, dan garam tersebut larut dalam larutan. Penambahan garam ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa, atau dapat dikatakan garam ini sebagai buffer. Larutan kemudian berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan indikator.
Setelah dititrasi dengan AgNO3,awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna krem.
 Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Sedangkan pada titrasi sampel merupakan titrasi yang menggunakan metode Fajans. Dalam titrasi ini digunakan indikator Eosin karena indikator ini memiliki trayek pH antara 2 – 8 dan eosin digunakan dalam titrasi untuk anion yang berupa Br-, I-, atau SCN-. Selain itu, asam cuka digunakan untuk menjaga agar pH tidak terlalu tinggi ataupun rendah, karena indikator adsorpsi bersifat asam lemah yang tidak dapat digunakan dalam keadaan larutan yang terlalu asam.
Dalam titrasi perubahan warna yang terjadi adalah pada awalnya larutan sampel yang ditambah dengan asam cuka, akuades dan asam cuka tetap tidak berwarna.  Ketika ditambahkan dengan amilum, larutan menjadi sedikit keruh karena pengaruh suspensi amilum. Dan ketika ditambah dengan eosin yang berwarna merah, larutan menjadi berwarna kuning.
Saat dititrasi menggunakan AgNO3larutan makin lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi antara ion X-dalam sampel dengan Ag+. Kemudian lama-kelamaan warnanya berubah dari kuning menjadi merah muda akibat dari penyerapan ion Fl- oleh kelebihan ion Ag+dalam koloid.

2. Titrasi Argentometri
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi Argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992).
Berdasarkan indicator yang dipergunakan untuk menentukan titik akhir, argentometri dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Cara Mohr (1856) : indicator K2CrO4, titrant adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa (berada diantara 6-10)

CARA MOhR
Dalam titrimetri, analat (Air Keran) direaksikan dengan suatu bahan lain (AgNO3) yang diketahui / dapat diketahui jumlah molnya dengan tepat. Bahan (titrant) yang saya gunakan adalah berupa larutan AgNO3 dengan konsentrasi 0,05 M.
Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu sampel (air keran + K2CrO4) ditambah larutan AgNO3 dari buret sedikit demi sedikit, sampai kedua zat (sampel dan AgNO3) tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Pada saat titrant (AgNO3) ditambahkan tepat ekivalen, maka penambahan titrant (AgNO3) harus segera dihentikan, saat itu dinamakan titik akhir titrasi.
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi, untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syaratnya, yakni:
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut pesamaan yang jelas (dasar teoritis)
2. Tepat dan reversible (dasar praktis)
3. Ada penunjuk akhir titrasi (indicator)
4. Larutan baku.
Titrasi yang saya lakukan adalah titrasi Argentometri yakni titrasi yang menggunakan AgNO3. Argentometri dimana terbentuk endapan dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. Yaitu cara Mohr, cara Volhard, dan Cara Fajans. Dari tiga cara tersebut disini saya menggunakan cara Mohr, sebab cara ini yang tepat untuk menentukan kadar Cl- dalam air keran. Pada cara ini menggunakan idikator K2CrO4 dengan titraant AgNO3.
Pada percobaan, indikator (K2CrO4) menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titrant (AgNO3) sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- AgCl
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+ + CrO4- Ag2CrO4-

1 komentar:

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More