Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan (dietry fiber) dan serat kasar (crude
fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya
mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu
mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air
rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami
kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena
gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.
Istilah
dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat
kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan
pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak
dapat dihidrolisis oleh asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang
digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4
1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air.
Metode
uji kualitatif yang biasa dipakai untuk menguji serat kasar adalah
dengan pereaksi Schweltzar (kupra – ammonium – hidroksida), karena
selulosa adalah suatu zat yang berwarna putih dan tidak larut dalam
hampir semua pelarut. Pada analisa penentuan serat kasar diperhitungkan
banyaknya zat – zat yang tidak larut dalam asam encer atau basa encer
dengan kodisi tertentu.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam analisa adalah :
§ Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sample menggunakan pelarut lemak.
§ Digestion,
terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan
dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan
tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihilangkan
dari pengaruh luar. Penyaringan harus segera dilakukan setelah
digestion selesai, karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan
lebih rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan serat lebih
lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan yang mengandung banyak
protein sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebaiknya
dilakukan digesti pendahuluan dengan menggunakan enzim.
Serat
kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena
angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut.
Selain itu, kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi
suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses
pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase serat
dapat dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu
proses.
Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Serat makanan
adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses
pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang
tidak larut dalam air.
Mutu
serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana
komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube Dietary
Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber,
IDF). Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam,
yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat
pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut
dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak
terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak
terdapat pada akasia.
Ada
beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode
deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai keuntungan dan
kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak
menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila
menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah antara
10 - 500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan
terkecil pada kotiledon tanaman.
Metode
analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau
Neutral Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya
dapat mengukur komponen serat makanan yang tidak larut. Adapun untuk
mengukur komponen serat yang larut seperti pektin dan gum, harus
menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat
larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam
sulfat pekat.
Metode
enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode
fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh
penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar
serat makanan total, serat makanan larut dan serat makanan tidak larut
secara terpisah. Ternyata dari hasil penyelidikan
memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan ,yaitu membantu
mencegah sembelit, mencegah kanker , mencegah sakit pada usus besar,
membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula
dalam darah, mencegah wasir , membantu menurunkan berat badan dan masih
banyak lagi. Serat makanan tidak dapat diserap dalam usus halus dan
tidak dapat masuk dalam sirkulasi darah, serat ini akan dibawa oleh usus
halus masuk kedalam usus besar dengan gerakan peristaltik usus.
Kehadiran serat pada usus besar ini baik untuk membantu proses - proses
yang terjadi di usus besar. Rata-rata negara didunia ini menetapkan
sebanyak 30 gr kebutuhan akan serat setiap harinya.
Serat
makanan didefinisikan sebagai sisa-sisa skeletal sel-sel tanaman yang
tahan terhadap hidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Serat
makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate” sedangkan
yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan
dekstrin, karena zat-zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi
manusia, yang kemudian di dalam tubuh diubah menjadi glukosa dan
akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Serat makanan
ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3
macam polisakarida yaitu sellulosa, zat pektin dan hemisellulosa.
Selain itu juga mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin
(Piliang dan Djojosoebagio, 2002).
Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali.
Di dalam buku Daftar Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah
kadar serat kasar bukan kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar
dalam suatu makanan dapat dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan.
Serat
makanan hanya terdapat dalam bahan pangan nabati, dan kadarnya
bervariasi menurut jenis bahan. Kadar serat dalam makanan dapat
mengalami perubahan akibat pengolahan yang dilakukan terhadap bahan
asalnya. Sebagai contoh, padi yang digiling menjadi beras putih
mempunyai kadar serat yang lebih rendah daripada padi yang ditumbuk
secara tradisionil. Oleh karena itu beberapa waktu yang lalu muncul
dedak padi di pasaran yang dikatakan sebagai obat berbagai macam
penyakit.
Serat yang berasal dari makanan sesampainya di saluran pencernaan akan mengikat asam empedu yang sampai ke sana.
Sebelum menjalankan tugasnya membantu penyerapan lemak, asam empedu
sudah terikat oleh serat yang kemudian bersama serat dikeluarkan dari
tubuh dalam bentuk kotoran. Untuk menggantikan asam empedu yang hilang
tersebut, kolesterol dalam tubuh akan dirombak, sehingga makin banyak
serat makin banyak asam empedu yang dibuang, berarti makin banyak
kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh, dengan demikian kadar kolesterol
dalam tubuh akan menurun. Lemak dan sterol - sterol lain juga akan
lebih banyak dikeluarkan dari tubuh. Sehingga serat – serat tersebut
dapat mencegah terjadinya penyerapan kembali asam empedu, kolesterol dan
lemak.
Serat
dapat berperanan menghalangi penyerapan zat-zat gizi lain seperti
lemak, karbohidrat dan protein. Sehingga apabila makanan mengandung
kadar serat yang rendah maka hampir semua zat-zat gizi tersebut dapat
diserap oleh tubuh. Di samping itu serat makanan dapat mempercepat rasa
kenyang. Hal ini disebabkan karena orang akan mengunyah lebih lama bila
dalam makanan terkandung kadar serat yang tinggi, sehingga sekresi
saliva dan cairan gastrik akan lebih banyak dikeluarkan, yang kemudian
kelebihannya akan masuk ke dalam lambung.
MANFAAT SERAT MAKANAN BAGI KESEHATAN KITA
Piliang dan Djojosoebagio (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat
selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti
ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh
manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang
membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan
perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80% untuk hemisellulosa, 50-90%
untuk lignin dan 20-50% untuk sellulosa.
Definisi terbaru tentang serat makanan yang dismpaikan oleh the American Association of Cereal Chemist
(AACC, 2001) adalah merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman
atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi
pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar.
Serat makanan tersebut meliputi pati, polisakharida, oligosakharida,
lignin dan bagian tanaman laainnya.
Beberapa karbohidrat tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan pada manusia. Sisa yang tidak dicerna ini dikenal dengan diet serat kasar yang kemudian melewati saluran pencernaan dan dibuang dalam feses.
0 komentar:
Posting Komentar