Vibrio cholera
Sebagian besar genus Vibrio ditemukan di perairan air tawar atau air laut, serta merupakan bakteri patogen dalam budi daya ikan dan udang. Spesies Vibrio yang termasuk patogen adalah V. cholerae, V. parahaemolyticus, dan V. vulvinicus. Spesies V. chloreae dan V. parahaemolyticus merupakan sumber kontaminasi silang antara buah dan sayuran mentah, sedangkan V. vulvinicus penyebab infeksi pada manusia.
Bakteri
Vibrio cholera
1. Pengertian bakteri
Bakteri,
dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari
organisme. Bakteri adalah salah satu jenis jasad yang sangat kecil. Sampai
sekarang telah diketahui kira-kira 1600 spesies bakteri yang sebagian besar
dari jumlah tersebut termasuk saprofit. Banyak juga diantaranya yang sangat
berguna untuk manusia, Karena membantu menguraikan bahan bahan organik yang
tidak terpakai lagi. Berbagai species dapat menjadi penyebab penyakit pada
manusia dan hewan. Sedangkan yang menyebabkan penyakit pada tanaman telah
diperkirakan sebanyak 180 species.
Bakteri
pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan
mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari
oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki
arti "small stick".
1.Pilus
2.Cytoplasm
3.DNA
4. Ribosom
6.Dinding Sel
7. Flagel
Bakteri
mempunyai struktur yaitu; Dinding sel untuk kebanyakan bakteri diliputi oleh
selaput lendir. Lapisan lendir tersebut ada yang kuat melekat pada dinding sel
dan ada pula yang mudah terlepas. Pada umumnya bakteri yang menyebabkan
penyakit pada tanaman mempunyai flagela. Flagela ini terdapat pada salah satu
ujungnya atau dapat pula meliputi seluruh permukaan tubuh bakteri. Perbanyakan
bakteri dilakukan dengan pembelahan sel menjadi dua bagian. Setiap bagian
tersebut menjadi individu yang berdiri sendiri (independen). Proses pembelahan
berulang kembali setiap 20-30 menit sekali.
Dalam
waktu ter-sebut biasanya belahan sel tersebut menjadi dewasa dan siap untuk
membelah dua lagi. Dengan demikian reproduksi bakteri lebih sederhana jika
dibandingkan dengan jamur. Jika bakteri memperbanyak diri pada media padat,
maka akan terbentuk suatu yang dapat dilihat. Koloni berbagai species bakteri
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, warna dan sebagainya yang semuanya itu
merupakan ciri-ciri untuk species tertentu dari bakteri. Koloni tersebut dapat
berbentuk bulat, lonjong atau tidak beraturan. Pinggiran dan elevasi dari
koloni-koloni tersebut berbeda-beda begitu pula dalam soal warnanya (umumnya
tidak berwarna tetapi ada pula yang berwarna kuning, merah dan sebagainya).
Koloni Bakteri Michigan
Beberapa
jenis bakteri dapat membentuk spora. Ukuran dari spora tersebut adakalanya
lebih kecil atau lebih besar dari garis tengah sel induknya. Tetapi spora
bakteri ini tidak berfungsi untuk memperbanyak diri tetapi semata-mata hanya
mempertahankan diri terhadap keadaan lingkungan yang kurang baik bagi
pertumbuhannya.
2. History Vibrio cholera
Vibrio
cholerae pertama kali diisolasi sebagai penyebab penyakit kolera oleh seorang
ahli anatomi Italia, Fillipo Pacini pada tahun 1854. Tetapi penemuannya
tersebut tidak terlalu dikenal oleh dunia. Lalu baru pada tahun 1884, melalui
penelitian Robert Koch dunia mengenal bakteri tersebut. Kolera berasal dari
Gangga delta, suatu bagian dari distrik di India sejak tahun 1817. Sejak tahun
1917 telah terjadi tujuh pandemic besar yang penyebarannya bahkan mencapai
Eropa. Vibrio yang bertanggung jawab terhadap terjadinya pandemic ke-7 yaitu
V.cholerae O1, biotipe El Tor. Pandemic ke tujuh baru dimulai pada tahun 1961
ketika Vibrio pertama kali muncul menyebabkan epidemic kolera di Sulawesi,
Indonesia . penyakit ini lalu menyebar dengan cepat ke Negara Asia timur
lainnya dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964 dan
kawasan Soviet- Russia pada tahun 1965-1966. Pada januari 1991, epidemic kolera
menyerang Amerika latin. Dimulai di Peru, penyakit ini dibawa oleh nelayan ke
Ekuador dan Kolombia dan dibawa pelancong ke seluruh Amerika pusat dan Selatan.
Hampir 400.000 kasus dilaporkan pada tahun pertama wabah. Angka mortalitas
seluruhnya kira kira 1 persen, angka tersebut mendekati 20-30 persen masyarakat
yang terjangkit yang karena kekurang- tahuan akan penyakit ini yang menyebabkan
pemeriksaan teurapetik yang berlebihan.
Vibrio
cholerae termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang bengkok seperti koma
dengan ukuran panjang 2 – 4 µm. Pada isolasi, Koch menamakannya
“kommabacillus”, tetapi bila biakan diperpanjang, kuman ini bisa menjadi batang
yang lurus. Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai 1 buah
flagella polar yang halus ( monotrikh ). Kuman ini tidak membentuk spora. Pada
kultur dijumpai koloni yang cembung ( convex ), halus dan bulat yang keruh (
opaque ) dan bergranul bila disinari. Vibrio cholerae dan sebagian vibrio
lainnya tumbuh dengan baik pada suhu 370 C pada berbagai perbenihan. Vibrio
cholerae tumbuh dengan baik pada agar tiosulfat –sitrat – empedu – sukrosa (
TCBS ). Selain itu, organisme ini juga mempunyai ciri khas yaitu tumbuh pada pH
yang sangat tinggi ( 8,5 – 9,5 ) dan dengan cepat dibunuh oleh asam.
3. Fisiologi
Bersifat
aerob anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk pertunbuhan pada suhu 18-37o C.
Dapat tumbuhpada berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung
meniral dan asparagin sebagai korbon dan nitrogen V. cholerae tumbuh baik agar
Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang menghasilkan koloni bewarna
kuning dan pada media (Tuliite-Tourocholate-gelatin-agar).1234
Salah
satu cirri khas dari vibrio cholerae ini adalah tumbuh pada pH yang sangat
tinggi ( 8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada
pH 7,0. Karenanya penbiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat
difermentasi, akan cepat mati. V. cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa
menghasilkan gas tetapi tidak meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas
tetapi tidak meragi nitrit. Ciri khas lain yang membedakan dari bakteri enteric
gram negative lain yang tunbuh pada agar darah adalah pada tes oksidasi
hasilnya positif
Biakan
V. cholerae pada air peptone akali, setelah 6 jam pada suhu ruangan akan tampak
pertumbuhan kuman pada perbatasan udara dan cairan. Medium ini berfungsi
sebagai medium transport yang penting untuk feses atau usapan dubur dari
tersangka kasus kolera. Pada medium peptone ini ( banyak mengandung triptofan
dan nitrat ) akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna
merah ( tes nitroso indol positif ).
Spesies
Vibrio cholerae sensitive terhadap campuran 0/129 ( 2,4-diamino-6,
diisopropylpteriden phosphate ), yang membedakan mereka dengan spesies
Aeromonas, yang resisten terhadap 0/129.vibrio juga dapat tumbuh pada media
yang mengandung 6% Nacl sedangkan Aeromonas tidak, sebagian besar spesies
vibrio adalah halotoleran dan Nacl sering menstimulasi pertumbuhannya.
4. Patogenesis
Dalam
keadaan ilmiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap manusia. Seseorang yang
memiliki asam lambung yang normal memerlukan menelan sebanyak 1010 atau lebih
Vibrio cholerae dalam air agar dapat menginfeksi, sebab kuman ini
sangatsensitive terhadap suasana asam. Jika mediatornya makanan sebanyak 102 –
104 organisme yang diperlukan, karena kapasitas buffer yang cukup dari makanan.
Beberapa pengobatan dan keadaan yang dapat menurunkan kadar asam di lambung
membuat seseorang lebih sensitive terhadap infeksi Vibrio cholerae.
- Enterotoksin
Enterotoksin
adalah suatu protein,dengan berat molekul 84.000 daltotahan panas tetapi tidak
tahan asam. Resisten terhadap tripsin tetapi dirusak oleprotease. Toksin kolera
mengandung dua sub unit yaitu B (binding) dan A(active). Sub unit B mengandung
lima polipeptida, diman masing- masinmolekul memiliki aktivitas ADP
ribosyltransferase dan menyebabkan transfeADP ribose dari NAD ke sebuah
guanosine triphospate, binding protein yanmengatur aktivitas adenilat siklase
yang menakibatkan produksi cAMP yanmenghambat absorpsi NaCl dan merangsang ekskresi
klorida, yang menyebabkahilangnya air,NaCl, Kalium dan Bikarbonat.
- Perlekatan ( adheren )
Vibrio
cholerae tidak bersifat invasive, kuman ini tidak masuk dalam aliran darah
tetapi tetap berada dalam saluran usus. Vibrio cholerae yang virulen harus menempel
pada mikrovili permukaan sel epitel usus baru menimbulkan keadaan patogen.
Disana mereka melepaskan toksin kolera ( enterotoksin ). Toksin kolera diserap
di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida
dan menghambat absorpsi natrium. Akibatnya kehilangan banyak cairan dan
elektrolit. Secara histology, usus tetap normal.
5. Klasifikasi
Klasifikasi dari Vibrio cholerae
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholera
6. Penyebaran dan Penularan
Pada
daerah endemic, air terutama berperan dalam penularan kolera namun pada
epidemic yang besar penularan juga terjadi pada makanan yang terkontaminasi
oleh tinja atau air yang mengandung V.cholerae khususnya pada El Tor yang dapat
bertahan selama beberapa bulan di air. Tidak ada hewan reservoir. Dosis infeksi
relative tinggi tetapi ditandai dengan penurunan hipoklorhidrik,pada individu
yang menggunakan antasida, dan ketika asam lambung dibuffer oleh makanan. Pada
daerah endemic kolera terutama merupakan penyakit pada anak dengan perbandingan
10:1, tetapi menyerang orang dewasa dan anak sama saja ketika masuk. Pada orang
dewasa insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita. Sementara belum
diketahui pengaruh musim dalam penyebaran. Di daerah endemic, anak- anak
dibawah usia 2 tahun sedikit yang terkena kolera berat daripada anak yang
berusia lebih tua, mungkin disebabkan karena imunitas pasif yang didapatkan
dari ASI. Pasien dengan infeksi yang ringan atau asimtomatik berperan penting
pada penyebaran penyakit ini. Perbandingan antara penderita asimptomatik dengan
simtomatik pada suatu epidemic diperkirakan 4:1 pada kolera Asiatika, sedang
untuk El Tor 10:1 Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Dalam keadaan ilmiah, Vibrio
cholerae hanya pathogen terhadap manusia. Seseorang yang memiliki asam lambung
yang normal memerlukan menelan sebanyak 1010 atau lebih Vibrio cholerae dalam
air agar dapat menginfeksi, sebab kuman ini sangat sensitive terhadap suasana
asam. Jika mediatornya makanan sebanyak 102 – 104 organisme yang diperlukan,
karena kapasitas buffer yang cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dan
keadaan yang dapat menurunkan kadar asam di lambung membuat seseorang lebih
sensitive terhadap infeksi Vibrio cholerae.
7. Pengobatan
Dasar
pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan kausal secara simultan.
Tatalaksana meliputi penggantian kehilangan cairan tubuh secara cermat dan
tepat, koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat, serta terapi antimicrobial.
Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu terapi rehidrasi dan rumatan.
Pada kedua tahap ini perlu diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan
nutrisi, terutama bila diare berlangsung lama dan pada pasien pediatric. Pada
dehidrasi berat yang disertai renjatan hipovolemik, muntah yang tidak
terkontrol atau pasien dengan penyulit yang berat yang dapat mempengaruhi hasil
pengobatan, terapi rehidrasi harus diberikan secara infuse intravena. Pada
kasus yang ringan dan sedang, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara per oral
dengan cairan rehidrasi oral. Sedang tahap pemeliharaan dilakukan sepenuhnya
dengan cairan rehidrasi oral baik pada kasus dehidrasi berat sedang maupun
ringan. Cairan yang terbukti baik manfaatnya adalah ringer laktat yang
kompoisisinya kurang lebih sama dengan susunan elektorlit tinja kolera dan
terbukti dan terbukti dapat perfusi ke sel tubuh dengan baik. Cairan lainnya
adalah NaCl fisiologis dan larutan isotonic lain.
8. Gambaran klinis
Ada
beberapa perbedaan pada manifest klinis kolera baik mengenai sifat maupun berat
gejala. Terdapat perbedaan antara kasus individual maupun pada gejala pada
kejadian endemic. Masa inkubasi kolera berlangsung antara 16-72 jam. Gejala
klinis dapat bervariasi mulai dari asimptomatik sampai gejala klinis berupa
dehidrasi berat. Infeksi terbanyak bersifat diare ringan dan umumnya pasien
tidak memerlukan perawatan. Manifestasi klinis yang khas ditandai dengan diare
yang encer da berlimpah tanpa didahului rasa mules maupun tenesmus. Dalam waktu
singkat tinja yang semula berbau feses dan berwarna berubah menjadi cairan
putih keruh (seperti air cucian beras) berbau manos menusuk. Cairan yang
menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan- gumpalan
putih. Cairan inin akan berkali- kali keluar dari anus pasien dalam jumlah
besar. Muntah timbul kemudian setelah diare dan berlangsung tanpa didahului
mual. Kejang otot dapat menyusul. Baik dalam bentuk fibrilasi atau fasikulasi,
maupun kejang klonik yang mengganggu. Teriakan atau rintihan pasien dapat
disangka sebagai teriakan nyeri kolik. Kejang ini disebabkan karena
berkurangnya kalsium dan klorida pada sambungan neuromuscular.
Gambar perjalanan kuman Vibrio
cholerae di dalam tubuh manusia
Gejala
dan tanda pada kolera terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit serta
asidosis. Pasien berada dalam keadaan lunglai, namun kesadarannya relative baik
dibandingkan dengan berat penyakitnya. Koma baru akan terjadi pada saat- saat
terakhir . pada kurang lebih 10% bayi dan anak- anak dapat dijumpai kejang
sentral dan stupor, yang disebabkan hipoglikemia. Tanda- tanda dehidrasi
tamapak jelas, nadi berdenyut cepat, nafas menjadi cepat,suara serak seperti
bebek manila, turgor kulit menurun (kelopak mata cekung memberi kesan hidung
mancung dan tipis, tulang pipi yang menonjol) mulut menyeringai karena bibir
kering,perut cekung tanpa ada steifung maupun kontur usus, suara peristaltic
usus bila ada jarang sekali. Jari- jari tangan dan kaki tampak kurus denganlipatan-
lipatan kulit. Diare akan bertahan 5 hari pada pasien \yang tidak diobati.
9. Imunitas
Asam
lambung memberikan perlindungan terhadap Vibrio cholerae yang termakan dalam
jumlah sedikit. Serangan kolera akan diikuti oleh kekebalan terhadap reinfeksi,
tetapi lama dan derajat kekebalan yang sebenarnya tidak diketahui. Munitas
terhadap toksin kolera dan antigen permukaan bakteri sama dengan respon infeksi
alami. Kebanyakan studi terhadap respon imun telah mengukur antibody bacterial
serum, meskipun proteksi in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh IgA
sekretorik.
10. Pengobatan
Dasar
pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan kausal secara simultan.
Tatalaksana meliputi penggantian kehilangan cairan tubuh secara cermat dan
tepat, koreksi gangguan elektrolit dan bikarbonat, serta terapi antimicrobial.
Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu teraqpi rehidrasi dan rumatan.
Pada kedua tahap ini perlu diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan
nutrisi, terutama bila diare berlangsung lama dan pada pasien pediatric. Pada
dehidrasi berat yang disertai renjatan hipovolemik, muntah yang tidak
terkontrol atau pasien dengan penyulit yang berat yang dapat mempengaruhi hasil
pengobatan, terapi rehidrasi harus diberikan secara infuse intravena. Pada kasus
yang ringan dan sedang, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara per oral dengan
cairan rehidrasi oral. Sedang tahap pemeliharaan dilakukan sepenuhnya dengan
cairan rehidrasi oral baik pada kasus dehidrasi berat sedang maupun
ringan.Cairan yang terbukti baik manfaatnya adalah ringer laktat yang
kompoisisinya kurang lebih sama dengan susunan elektorlit tinja kolera dan
terbukti dan terbukti dapat perfusi ke sel tubuh dengan baik. Cairan lainnya
adalah NaCl fisiologis dan larutan isotonic lain.
11. Pencegahan dan pengendalian
Pencegahan
dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya air dan makanan melalui
pendidikan. Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya didisinfeksi dan
orang-orang kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat antimikrobia mungkin
diperlukan. Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera, sebaiknya
memasak makanan sampai matang sebelum mengkonsumsinya, kepiting harus dimasak
lebih kurang 10 menit, memakan buah harus dikupas kulitnya dan dicuci, memakan
es harus dihindari kecuali kita tahu bahwa es terbuat dari air mendidih.
Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari
vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas
pada orang-orang yang rentan ( misalnya kontak antar anggota keluarga ) tetapi
tidak efektif sebagai alat kontrol epidemic. Vaksin ini memberikan proteksi 60
– 80% untuk masa 3 – 6 bulan. Di beberapa negara, meminta pelancong dari daerah
endemic yang datang untuk menunjukkan sertifikat bahwa mereka telah
divaksinasi. Sertifikasi vaksinasi untuk kolera dari WHO hanya berlaku selama 6
bulan. Imunisasi toksoid kolera pada manusia tidak lebih baik daripada
vaksinasi standard yang telah disebutkan diatas. Hingga saat ini perbaikan
hygiene / sanitasi saja yang memberikan pencegahan yang mantap terhadap kolera
0 komentar:
Posting Komentar