- Prinsip
Uji deskripsi digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab
itu, pada uji ini banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara
keseluruhan. Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling
relevan terhadap mutu atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu
komoditi. Sifat-sifat sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya
ketengikan, warna, bau dan lain-lain.
- Pembahasan
Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan
gambaran yang utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji
ini banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan.
Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap
mutu atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat
sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau
dan lain-lain.
Kekurangan atau kelemahan dari
uji deskripsi di antaranya adalah membutuhkan panelis yang memiliki konsentrasi
tinggi dan juga kepekaannya. Biasanya sudut antara dua garis radial sama dengan
Uji deskripsi didesain untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat
sensori. Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu
atribut mutu dikategorikan dengan suatu kategori skala (suatu uraian
yang menggambarkan intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga besarnya
suatu atribut mutu diperkirakan
berdasarkan salah satu sampel, dengan menggun skala rasio. Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Untuk melakukan uji ini, dibutuhkan penguji yang terlatih.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian skor, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun.
Kelompok uji ini membutuhkan
panelis yang terlatih atau berpengalaman karena dalam uji ini panelis harus
dapat menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Uji ini didesain
untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam kelompok
pengujian ini dimasukkan rating atribut atau parameter mutu dimana suatu
atribut mutu dikategorikan dengan suatu skala atau dapat juga berupa “besarnya”
suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel dengan
menggunakan metode skala rasio. Uji deskripsi ini digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan
memberikan informasi mengenai derajat atau intensitas karakteristik tersebut
(Anonim, 2006).
. Untuk melakukan uji ini, dibutuhkan penguji yang terlatih.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan
dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian
skor, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat
atau menurun. (Anonim, 2010)
Uji deskripsi
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sensori yang penting pada suatu
produk dan memberikan informasi mengenai derajat atau intensitas karakteristik
tersebut. Uji ini dapat membantu mengidentifikasi variabel bahan tambahan
(ingredien) atau proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori tertentu
dari produk. Informasi ini dapat digunakan untuk pengembangan produk baru,
memperbaiki produk atau proses dan berguna juga untuk pengendalian mutu rutin.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Scoring atau Scaling, Flavor Profile
& Texture Profile Test dan Qualitative Descriptive Analysis (QDA). Uji
skoring dan scaling dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala
atau skor yang dihubungkan dengan desnripsi tertentu dari atribut mutu produk.
Dalam sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan
susunan meningkat atau menurun. Pada Uji flavor/texture Profile, dilakukan
untuk menguraikan karakteristik aroma dan flavor produk makanan, menguraikan
karakteristik tekstur makanan. Uji ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan
secara komplit suatu produk makanan, melihat perbedaan contoh diantara group,
melakukan identifikasi khusus misalnya off-flavor dan memperlihatkan perubahan
intensitas dan kualitas tertentu. Tahap ujinya meliputi : Orientasi sebelum
melakukan uji, tahap pengujian dan tahap analisis dan interpretasi data.
Panelis kepala
atau panel leader menerangkan tujuan dari pengujian dan menyajikan contoh yang
akan diuji, termasuk produk yang ada di pasaran. Istilah-istilah yang akan digunakan
dikembangkan dalam diskusi dan digunakan juga contoh referensi. Pengujian
dilakukan dua sesi, yaitu sesi tertutup dan sesi terbuka. Pada sesi tertutup
setiap panelis melakukan pengujian secara individu dan mencatat hasilnya,
sedangkan pada sesi terbuka setiap panelis melaporkan hasilnya dan didiskusikan
dengan pemimpin analisa. Analisis dan interpretasi data merupakan tanggung
jawab pemimpin analisa yang harus mampu mengekspresikan hasil dari panelis,
sehingga bisa dengan mudah dimengerti. Biasanya dalam uji ini tidak ada
analisis statistik.
Uji Qualitatif Descriptive Analysis digunakan untuk menilai karakteristik
atribut mutu sensori dalam bentuk angka-angka kuantitatif (Hui, 2006). Dalam
industri uji QDA ini bermanfaat antara lain untuk menilai mutu produk baru
terhadap produk lama, terhadap mutu produk saingan, menilai pengaruh penanganan
terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan dalam pengolahan, untuk
mendapatkan mutu produk yang seragam dari waktu-ke waktu, dari pengolahan ke
pengolahan, analisa deskripsi dapat menolong penyelidikan penyebab perubahan
atau ketidakseragaman dapat segera diketahui dan tindakan perbaikan dapat
segera dilakukan, untuk dilakukannya diagnosis penyebab kemunduran, apakah
karena mutu produk menurun atau sebab lainnya saat pasar suatu produk mundur,
untuk mengetahui mutu hasil pengolahan dan menentukan apakah mutu produk
mengalami penyimpangan dari waktu ke waktu.
Prosedur QDA meliputi Seleksi dan training panelis, mengembangkan
istilah, uji sensori dan analisis data serta interpretasi hasil. Seleksi
dimulai dengan menyeleksi calon panelis yang besar, misalnya 100 orang atau
lebih. Calon panelis dapat diambil dari karyawan administrasi, pengolahan atau
R & D. Kepada calon panelis dilakukan uji kemampuan dalam membedakan sifat
sensori, misalnya dengan menggunakan uji segitiga. Dari calon panelis dapat
dipilih 6 sampai 9 orang panelis untuk QDA. Kepada panelis terpilih kemudian
dilakukan latihan dengan diberi briefing atau instruksi mengenai konsep, tujuan
dan pendekatan untuk QDA kemudian diberi latihan dengan menguji produk dimana
mereka dapat menggunakan persepsi mereka terhadap atribut mutu. Latihan dapat
dilakuakan selama satu jam setiap hari atau 2 jam dua kali seminggu sehingga
panelis siap mengembangkan deskripsi produk (Kusnandar,
2010).
Dalam pengembangan istilah, panelis
diminta menuliskan istilah-istilah yang sebaiknya digunakan dalam menguraikan
penampakan, flavor, bau dan tekjstur dari produk. Dalam sesi ini diberikan
bermacam-macam produk untuk memungkinkan mendapatkan bermacam-macam tingkatan
mutu atau karakteristik dari produk yang diberikan. Istilah-istilah tersebut
kemudian didiskusikan, dipilih dan dibakukan. Dalam pelaksanaan pengujian QDA
digunakan score sheet yang dibuat berdasarkan tahapan sebelumnya, dan biasanya
menggunakan skala garis misalnya sebagai berikut:
Lemah Sedang
Kuat
kemudian garis tersebut diberi skala angka
setelah pengujian selesai dan dilakukan beberapa sesi ulangan pengujian (4 – 6
sesi ulangan).
Analisis data
dilakukan sebagai berikut :
o
QDA score dikonversikan ke skala angka.
o
Hitung nilai setiap panelis per ulangan
o
Ambil nilai rata-rata seluruh panelis
o
Transformasikan ke dalam grafik majemuk, misalnya
sebagai berikut :
Pada
pengujian ini misal, sampel yang diujikan adalah sereal. Pengujian deskriptif
diawali dengan penilaian atribut mutu yaitu rasa manis, kacang, biji-bijian,
asin, pati, susu, karamel dan mentah. Masing masing atribut mutu tersebut
dinilai menggunakan metode rating dengan skala 1 sampai 6, nilai satu diberikan
jika atribut mutu tersebut memberi kesan sangat berat sedangkan 6 diberikan
untuk memberi kesan sangat lemah. Data yang diperoleh kemudian
ditransformasikan ke dalam grafik majemuk yang disusun secara radial dengan
sudut antar dua garis radial yang sama besar. Masing-masing garis menggambarkan
himpunan nilai mutu, sedangkan titik pusat menyatakan nilai mutu yang tertinggi.
Berdasarkan grafik majemuk dapat dilihat bahwa untuk
parameter mutu rasa manis, contoh A memiliki tingkat kemanisan yang lebih kuat
dibanding contoh B, yaitu contoh A 2.57 sedangkan contoh B 4.83. Untuk
parameter mutu rasa kacang kedua contoh tidak terlalu berbeda namun contoh B
sedikit lebih kuat dibanding contoh A rasa kacangnya, yaitu contoh B 3.23
sedangkan contoh A 3.89. Begitu juga parameter mutu rasa biji-bijian, perbedaan tidak terlalu jauh
antara contoh A dan contoh B, namun contoh A memiliki rasa yang sedikit lebih
lemah yaitu 3.43 dibanding contoh B yaitu 2.77. Untuk parameter rasa asin
perbedaan sangat tipis sekali, contoh A memiliki rasa asin yang lebih kuat
dengan nilai rataan 4.03, sedangkan contoh B agak lebih lemah dibanding contoh
A dengan nilai rataan 4.34. Untuk parameter rasa pati berdasarkan grafik contoh
B memiliki rasa pati yang lebih kuat yaitu 3.00 sedangkan contoh A 3.49. Untuk
parameter rasa susu perbedaan sanagt nyata dimana contoh A memiliki rasa susu
yang jauh lebih kuat dibanding contoh B yaitu 2.46, sedangkan ontoh B 4.20.
Begitu juga untuk parameter rasa karamel dimana contoh B memiliki kesan rasa
karamel yang lemah yaitu hanya 4.74, sedangkan contoh A memiliki rasa karamel
yang jauh lebih kuat yaitu 3.06. Untuk parameter rasa mentah contoh B
memberikan kesan rasa yang lebih kuat yaitu 3.23, sedangkan contoh A jauh
olebih lemah yaitu hanya 4.69.
Menurut penilaian kelompok kami, panelis lebih menyukai
contoh A daripada contoh B. Hal ini mungkin dikarenakan contoh B masih berupa
sereal asli tanpa tambahan bahan-bahan lainnya sehingga memiliki rasa kacang,
biji-bijian, pati dam mentah yang sangat kentara, inilah yang menyebabkan
panelis kurang menyukai contoh B. Selain itu contoh B mempunyai tingkat
kemanisan yang rendah, kurang asin dan rasa susu serta karamelnya sangat kurang
terasa. Agar contoh B dapat lebih disukai konsumen maka sebaiknya produsen
meningkatkan rasa kemanisan produk dengan mencampurkan gula halus, meningkatkan
rasa asin agar lebih gurih dengan menambah sedikit garam, menambahkan susu dan
meningkatkan rasa karamel, selain itu produsen perlu mengurangi rasa kacang,
biji-bijian, pati dan mentah agar tidak terlalu kentara.
Analisis Sensori Deskriptif
Analisis sensori deskriptif
adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori suatu produk atau bahan
pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan menggunakan
panelis terlatih khusus untuk uji ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk semua
parameter sensori dan bebebrapa aspek dalam penentuan profil cita rasa atau
profil tekstur. Untuk praktikum ini, metode uji dekripsi yang digunakan adalah
metode Analisis Deskriptif Kualitatif (Quantitive Deskriptive Analysis).
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut
sensori suatu produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan
dikuantifikasi dengan menggunakan panelis terlatih khusus untuk uji ini.
Analisis ini dapat dilakukan untuk semua parameter sensori dan bebebrapa aspek
dalam penentuan profil cita rasa atau profil tekstur (Setyaningsih 2010).
Susiwi (2009) mengungkapkan bahwa uji
deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sensori yang penting
pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai derajat atau intensitas karakteristik
tersebut. Sedangkan Septa (2010) mengatakan bahwa uji ini dapat membantu mengidentifikasi
variabel bahan tambahan (ingredient)
atau proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori tertentu dari produk.
Informasi ini dapat digunakan untuk pengembangan produk baru, memperbaiki
produk atau proses dan berguna juga untuk pengendalian mutu rutin (Susiwi 2009). Ada
beberapa jenis uji deskripsi yang umum digunakan, di antranya Metode Profil
Flavor, Analisis Atribut Profil, Analisis Deskriptif Kuantitatif (QDA),
Analisis Spektrum, dan Metode Profil Tekstur.
Salah satu metode uji
deskripsi adalah metode Analisis Deskriptif Kualitatif (Quantitive
Deskriptive Analysis). Metode QDA didasarkan pada kemampuan panelis dalam
mengekpresikan persepsi produk dengan kata-kata menggunakan cara yang
terpercaya. Ciri khusus yang ditemukan pada metode QDA yaitu penggunaan baris
yang tidak berstruktur, adanya instruksi dimana panelis diminta member tanda
pada garis sesuai dengan intensitas persepsi yang diterima, serta panelis yang
dilibatkan adalah panelis yang telah terseleksi melalui pengujian terlebih
dahulu. Data yang diperoleh dari uji dengan metode ini disajikan dalam bentuk
grafik jaring laba-laba (spider web). Dengan nilai nol pada titik pusat
untuk setiap atribut. Selain disajikan dalam spider web, hasil pengujian
dengan metode ini juga dapat diolah dengan Principal Component Analysis
(PCA) (Setyaningsih 2010). Dari kedua alternatif pengolahan data yang dapat
digunakan, hasil uji QDA dalam praktikum ini disajikan dalam bentuk grafik
jaring laba-laba.
HEDONIK TEST
Pengertian
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
(ketidaksukaan). Selain itu panelis juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat –
tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “ suka “ dapat
mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, suka, agak
suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “ tidak suka “ dapat mempunyai skala
hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat tanggapannya yang disebut sebagai
netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka ( neither like nor
dislike ).
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan
menurut rentangan skala yang dikehendakinya.
Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan analisis secara
statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonic sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir.
Organisasi Pengujian
1. Jumlah Panelis : - Agak Terlatih : 20 – 25
Orang
-
Tidak
Terlatih : 80 Orang keatas
2. Jumlah contoh setiap penyajian
·
Contoh
yang sulit dinilai : 1 – 6
contoh
·
Contoh
yang mudah dinilai : 1 – 12
contoh
Cara Penyajian Contoh
Contoh uji hedonik disajikan
secara acak dan dalam memberikan penilaian panelis tidak mengulang-ulang
penilaian atau membanding-bandingkan contoh yang disajikan. Sehingga untuk satu
panelis yang tidak terlatih, sebaiknya contoh disajikan satu per satu hingga
panelis tidak akan membanding-bandingkan satu contoh dengan lainnya. Sebagai
contoh dapat disajikan 3 jenis teh kotak dari 3 macam merek.
Ø Uji mutu hedonik
Berbeda dengan uji kesukaan uji mutu hedonik tidak
menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau
buruk. Kesan baik – buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Karena itu beberapa
ahli memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji hedonik. Kesan mutu hedonik lebih
spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat
bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk /
keras untuk daging, pulen – keras untuk nasi, renyah, liat untuk mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari
extrim baik sampai ke extrim jelek. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai
dengan tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung
dari rentangan mutu yang diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik
untuk uji mutu hedonik dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada
uji kesukaan
pada uji mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam
skala numerik dan selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya.
Ø Statistika Pengolahan data pengujian
organoleptik
Statistika pengolahan data dan laporan pengujian
yang penting antara lain adalah penyusunan data atau penataan data sampai
dengan diperoleh tentang jenis data frekuensi data. Tampilan data dalam bentuk
tabel, grafik atau diagram perlu untuk meningkatkan kualitas informasi. Selanjutnya
adalah tahapan pengolahan data yang meliputi analisis pemusatan dan penyebaran
data. Pengolahan data suatu pengujian bertujuan untuk mendapatkan nilai:
- Nilai rata-rata atau nilai tengah pengujian
- Keragaman dari nilai pengujian
- Simpangan baku dari nilai-nilai pengujian
Cara pengolahan data yang sering digunakan adalah
dengan menggunakan analisis keragaman /analisis peragam ( Analisys of varian
atau ANOVA). Berikut disajikan sebuah data hasil pengujian organoleptik yang
dihimpun dari hasil pengindraan 15 orang panelis yang diberi tugas untuk
menilai kesuakaannya terhadap sejumlah contoh. Dalam uji ini panelis diminta
untuk menentukan tingkat kesukaannya terhadap rasa manis dari 5 contoh manisan
nata de coco dengan keriteria penilaian kesan sebagai berikut:
Nilai 3 jika kurang manis ( kurang /tidak suka)
Nilai 5 jika cukup manis ( agak suka)
Nilai 7 jika manis (suka)
Nilai 9 jika sangat manis ( sangat suka)
0 komentar:
Posting Komentar