Pengertian dan
Notasi Sel Elektrokimia. Dalam reaksi redoksterjadi transfer
elektron dari reduktor ke oksidator. Pengetahuan adanya transfer elektron
memberikan manfaat dalam upaya mengembangkan sumber energi listrik alternatif
sebab aliran listrik tiada lain adalah aliran elektron. Energi yang
dilepaskan dari reaksi redoks dapat diubah menjadi energi listrik dan
ini digambarkan dalam sel volta atau sel galvani. Sedangkan jika energi
listrik dialirkan dalam larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi
redoks dan ini digambarkan dalam sel elektrolisis.
1. Sel Volta. Di Kelas X, Anda sudah belajar merancang-bangun sel volta sederhana untuk
memahami bahwa dalam reaksi redoks terjadi transfer elektron yang menghasilkan
energi listrik, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Oleh karena reaksi redoks
dapat dipisahkan menjadi dua setengah reaksi, sel volta pun dapat
dirancang menjadi dua tempat, yakni tempat untuk reaksi oksidasi dan tempat
untuk reaksi reduksi.
Kedua tempat tersebut dihubungkan melalui rangkaian luar (aliran muatan
elektron) dan rangkaian dalam atau jembatan garam (aliran massa dari ion-ion).
Gambar 2.4 Sel volta sederhana
Jika kedua
rangkaian dihubungkan, akan terjadi reaksi redoks di antara
kedua setengah sel itu (lihat Gambar 2.5).
Persamaan reaksi ionnya:
Persamaan reaksi ionnya:
Zn(s) + Cu2+(aq)
→ Zn2+(aq) + Cu(s)
Persamaan
reaksi setengah selnya:
Pada elektrode
Zn: Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
Pada elektrode Cu: Cu2+(aq) + 2e– → Cu(s)
Pada elektrode Cu: Cu2+(aq) + 2e– → Cu(s)
Gambar 2.5
Proses
pembentukan energi
listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn akan
teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua
elektron ini akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu. Kelebihan
elektron pada elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang
disediakan oleh larutan Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi
ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung, dalam larutan
Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil
oksidasi). Demikian juga dalam larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3–
sebab ion pasangannya (Cu2+) berubah menjadi logam Cu yang
terendapkan pada elektrode Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan dinetralkan
oleh ion NO3– dari jembatan garam, demikian juga
kelebihan ion NO3– akan dinetralkan oleh ion Na+
dari jembatan garam. Jadi, jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan
ion-ion hasil reaksi redoks.
Dengan
demikian, tanpa jembatan garam reaksi berlangsung hanya sesaat sebab kelebihan
ion-ion hasil reaksi redoks tidak ada yang menetralkan dan akhirnya reaksi
berhenti seketika. Dalam sel elektrokimia, tempat terjadinya reaksi oksidasi
(elektrode Zn) dinamakan anode, sedangkan tempat terjadinya reaksi
reduksi (elektrode Cu) dinamakan katode. Alessandro Volta melakukan
eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan logam atau deret potensial
logam yang dikenal dengan deret Volta.
Li
→K→Ba→Ca→Na→Mg→Al→Nu→Zn→Cr→→Fe→Cd→Co→Ni→Sn→(H)→Cu→Ag→Hg→Pt→Au
|
Semakin ke
kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Artinya,
suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah kanannya, tetapi
tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya. Logam Na, Mg, dan
Al terletak di sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat mereduksi ion H+
untuk menghasilkan gas H2, sedangkan logam Cu dan Ag terletak di
sebelah kanan H sehingga tidak dapat mereduksi ion H+(tidak bereaksi
dengan asam). Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam
lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Reaksi
yang terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+ (berasal dari CuSO4)
dan menghasilkan endapan logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu.
Zn(s) +
CuSO4(aq) → ZnSO4(aq) + Cu(s)
atau
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
atau
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
Contoh Sel
Elektrokimia 1
Manakah
logam-logam berikut ini yang dapat bereaksi dengan larutan HCl untuk
menghasilkan gas H2?
K, Ba, Zn, Su, Ag, Hg, Pt, Cr, Pb
K, Ba, Zn, Su, Ag, Hg, Pt, Cr, Pb
Jawab
Logam-logam
yang tepat bereaksi dengan asam adalah logam yang terletak di sebelah kiri H
dalam deret Volta yaitu K, Ba, Zn, Sn, Cr, dan Pb. Adapun logam-logam Ag, Hg,
dan Pt terletak di sebelah kanan H sehingga tidak bereaksi dengan asam.
Jadi, logam yang dapat bereaksi dengan HCl adalah K, Ba, Zn, Sn, Cr, dan Pb.
Jadi, logam yang dapat bereaksi dengan HCl adalah K, Ba, Zn, Sn, Cr, dan Pb.
Contoh Sel
Elektrokimia 2
Manakah reaksi
yang mungkin berlangsung dan tidak mungkin berlangsung?
a. Zn(s)
+ H2SO4(aq) → ZnSO4(aq) + H2(g)
b. Zn(s)
+ Na2SO4(aq) → ZnSO4(aq) + 2 Na(s)
c. 2 Na(s)
+ MgCl2(aq) → 2 NaCl(aq) + Mg(s)
d. Cu(s)
+ Ni(NO3)2(aq) → Cu(NO3)2(aq) + Ni(s)
Jawab
Berdasarkan
urutan sifat reduktornya dalam deret Volta, reaksi yang mungkin berlangsung
adalah a dan c, sedangkan reaksi b dan d tidak akan
berlangsung. Jadi, reaksi yang mungkin berlangsung adalah a dan c,
reaksi yang tidak mungkin berlangsung adalah b dan d.
2. Notasi Sel
Elektrokimia
Misal Reaksi
yang terjadi pada sel Volta adalah Zn(s) + CuSO4(aq) →
ZnSO4(aq) + Cu(s)
Reaksi
oksidasi (anode)
Zn(s) →
Zn2+(aq) + 2 e–
Reaksi reduksi
(katode)
Cu2+(aq)
+ 2 e– → Cu(s)
Penulisan
reaksi redoks tersebut dapat juga dinyatakan dengan diagram sel berikut:
Zn(s) |
Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)
dengan:
| = perbedaan
fase
|| = jembatan
garam
sebelah kiri
|| = reaksi oksidasi
sebelah kanan
|| = reaksi reduksi
Contoh
Penulisan Reaksi dari Notasi Sel
Nyatakanlah
diagram sel dari reaksi pada sel kombinasi berikut.
Jawab
Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2 e. (oksidasi)
Br2(aq)
+ 2 e- → 2 Br(aq) (reduksi)
Diagram sel:
Zn(s) |
Zn2+(aq) || Br2(aq) | Br.(aq)
Jadi, diagram
sel untuk sel tersebut adalah Zn(s) | Zn2+(aq) || Br2(aq) | Br.(aq)
Contoh
Penulisan Reaksi dari Notasi Sel
Tuliskanlah
persamaan reaksi redoks di anode dan di katode dari diagram sel berikut.
a. Ni(s)
| Ni2+(aq) || Ag+(aq) | Ag(s)
b. Fe(s)
| Fe2+(aq) || Au3+(aq) | Au(s)
Jawab
a. Anode (oksidasi) : Ni(s) → Ni2+(aq) + 2 e–
a. Anode (oksidasi) : Ni(s) → Ni2+(aq) + 2 e–
Katode
(reduksi) : Ag+(aq) + e– → Ag(s)
b. Anode
(oksidasi) : Fe(s) → Fe2+(aq) + 2 e–
Katode
(reduksi) : Au3+(aq) + 3 e– → Au(s)
3. Potensial
Elektrode dan GGL Sel
Dalam sel
elektrokimia, untuk mendorong elektron mengalir melalui rangkaian luar dan
menggerakkan ion-ion di dalam larutan menuju elektrode diperlukan suatu usaha. Usaha
atau kerja yang diperlukan ini dinamakan aya erak istrik, disingkat GGL.
a. Makna GGL
Sel
Kerja yang
diperlukan untuk menggerakkan muatan listrik (GGL) di dalam sel bergantung pada
perbedaan potensial di antara kedua elektrode. Beda potensial ini disebabkan
adanya perbedaan kereaktifan logam di antara kedua elektrode. Nilai GGL sel
merupakan gabungan dari potensial anode (potensial oksidasi) dan potensial
katode (potensial reduksi). Dalam bentuk persamaan ditulis sebagai berikut.
GGL (Esel) =
potensial reduksi + potensial oksidasi
Potensial
reduksi adalah ukuran kemampuan suatu oksidator (zat pengoksidasi = zat tereduksi)
untuk menangkap elektron dalam setengah reaksi reduksi. Potensial oksidasi
kebalikan dari potensial reduksi dalam reaksi sel elektrokimia yang sama.
Potensial
oksidasi = –Potensial reduksi
Tinjaulah
setengah reaksi sel pada elektrode Zn dalam larutan ZnSO4.
Reaksi
setengah selnya sebagai berikut.
Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2e–
Jika –EZn
adalah potensial elektrode untuk setengah reaksi oksidasi, +EZn adalah
potensial untuk setengah sel reduksinya:
Potensial
oksidasi: Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– EZn = –EZn V
Potensial
reduksi: Zn2+(aq) + 2e– →Zn(s) EZn = EZnV
Sel
elektrokimia yang terdiri atas elektrode Zn dan Cu dengan reaksi setengah sel
masing-masing:
Cu2+(aq)
+ 2e– → Cu(s) ECu = ECuV
Zn2+(aq)
+ 2e– → Zn(s) EZn = EZnV
Nilai GGL sel
elektrokimia tersebut adalah
Esel
= ECu + (–EZn) = ECu – EZn
Dengan
demikian, nilai GGL sel sama dengan perbedaan potensial kedua elektrode. Oleh
karena reaksi reduksi terjadi pada katode dan reaksi oksidasi terjadi pada
anode maka nilai GGL sel dapat dinyatakan sebagai perbedaan potensial berikut.
Esel
= EReduksi – EOksidasi atau Esel = EKatode
– EAnode
Nilai
potensial elektrode tidak bergantung pada jumlah zat yang terlibat dalam
reaksi. Berapapun jumlah mol zat yang direaksikan, nilai potensial selnya
tetap. Contoh:
Cu2+(a
) + 2e– → Cu(s) ECu = ECu V
2Cu2+(a
) + 4e– → 2Cu(s) ECu = ECu V
b. Potensial
Elektrode Standar (E )
Oleh karena
potensial oksidasi merupakan kebalikan dari potensial reduksinya maka data
potensial elektrode suatu logam tidak perlu diketahui dua-duanya, melainkan
salah satu saja. Misalnya, data potensial reduksi atau data potensial oksidasi.
Menurut perjanjian IUPAC, potensial elektrode yang dijadikan sebagai standar
adalah potensial reduksi. Dengan demikian, semua data potensial elektrode
standar dinyatakan dalam bentuk potensial reduksi standar. Potensial reduksi
standar adalah potensial reduksi yang diukur pada keadaan standar, yaitu
konsentrasi larutan M (sistem larutan) atau tekanan atm (sel yang melibatkan
gas) dan suhu o . Untuk mengukur potensial reduksi standar tidak mungkin hanya
setengah sel (sel tunggal) sebab tidak terjadi reaksi redoks. Oleh sebab itu,
perlu dihubungkan dengan setengah sel oksidasi. Nilai GGL sel yang terukur
dengan voltmeter merupakan selisih kedua potensial sel yang dihubungkan (bukan
nilai mutlak). Berapakah nilai pasti dari potensial reduksi?
Oleh karena
nilai GGL sel bukan nilai mutlak maka nilai potensial salah satu sel tidak
diketahui secara pasti. Jika salah satu elektrode dibuat tetap dan elektrode
yang lain diubah-ubah, potensial sel yang dihasilkan akan berbeda. Jadi,
potensial sel suatu elektrode tidak akan diketahui secara pasti, yang dapat
ditentukan hanya nilai relatif potensial sel suatu elektrode. Oleh karena itu,
untuk menentukan potensial reduksi standar diperlukan potensial elektrode
rujukan sebagai acuan. Dalam hal ini, IUPAC telah menetapkan elektrode standar
sebagai rujukan adalah elektrode hidrogen, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Elektrode hidrogen ditetapkan sebagai elektrode standar
Elektrode
hidrogen pada keadaan standar, E°, ditetapkan pada konsentrasi H+ 1
M dengan tekanan gas H2 1 atm pada 25°C. Nilai potensial elektrode
standar ini ditetapkan sama dengan nol volt atau Eo H+→ H2
= 0,00 V. Potensial elektrode standar yang lain diukur dengan cara dirangkaikan
dengan potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar, kemudian GGL selnya
diukur. Oleh karena potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar
ditetapkan sama dengan nol, potensial yang terukur oleh voltmeter dinyatakan
sebagai potensial sel pasangannya.
Contoh
Menentukan Potensial Elektrode Standar
Hitunglah
potensial elektrode Cu yang dihubungkan dengan elektrode hidrogen pada keadaan
standar jika voltmeter menunjukkan nilai 0,34 volt.
Jawab:
Persamaan
setengah reaksi sel yang terjadi:
Katode: Cu2+(aq)
+ 2e– → Cu(s)
Anode: H2(g)
→ 2H+(aq)
Nilai GGL sel:
E°sel
= E°katode – E°anode
0,34 V =EoCu
Eo H2
0,34 V =EoCu – 0,00 V → EoCu = 0,34 V
0,34 V =EoCu – 0,00 V → EoCu = 0,34 V
Jadi,
potensial reduksi standar untuk elektrode Cu adalah 0,34 volt. Berdasarkan
Contoh diatas, potensial elektrode yang lain untuk berbagai reaksi setengah sel
dapat diukur, hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai Potensial Reduksi Standar Beberapa Elektrode
Tabel 2.1 Nilai Potensial Reduksi Standar Beberapa Elektrode
Reaksi reduksi
|
E°sel
|
Li+(aq) + e– ⇆ Li(s)
|
–3,04
|
Na+(aq) + e– ⇆ Na(s)
|
–2,71
|
Mg2+(aq) + 2e– ⇆ Mg(s)
|
–2,38
|
Al3+(aq) + 3e– ⇆ Al(s)
|
–1,66
|
2H2O(l) + 2e– ⇆ H2(g)
+ 2OH–(aq)
|
– 0,83
|
Zn2+(aq) + 2e– ⇆ Zn(s)
|
–0,76
|
Cr3+(aq) + 3e– ⇆ Cr(s)
|
– 0,74
|
Fe2+(aq) + 2e– ⇆ Fe(s)
|
– 0,41
|
Cd2+(aq) + 2e– ⇆ Cd(s)
|
– 0,40
|
Ni2+(aq) + 2e– ⇆ Ni(s)
|
–0,23
|
Sn2+(aq) + 2e– ⇆ Sn(s)
|
– 0,14
|
Pb2+(aq) + 2e– ⇆ Pb(s)
|
–0,13
|
Fe3+(aq) + 3e– ⇆ Fe(s)
|
– 0,04
|
2H+(aq) + 2e– ⇆ H2(s)
|
0,00
|
Sn4+(aq) + 2e– ⇆ Sn2+(aq)
|
0,15
|
Cu2+(aq) + e– ⇆ Cu+(aq)
|
0,16
|
Cu2+(aq) + 2e– ⇆ Cu(s)
|
0,34
|
Cu+(aq) + e– ⇆ Cu(s)
|
0,52
|
I2(s) + 2e– ⇆ 2I– (aq)
|
0,54
|
Fe3+(aq) + e– ⇆ Fe2+(aq)
|
0,77
|
Ag+(aq) + e– ⇆ Ag(s)
|
0,80
|
Hg2+(aq) + 2e– ⇆ Hg(l)
|
0,85
|
2Hg+(aq) + 2e– ⇆ Hg2
(aq)
|
0,90
|
Br2(l) + 2e– ⇆ 2Br–(aq)
|
1,07
|
O2(g) + 4H+(aq) + 4e– ⇆ 2H2O(l)
|
1,23
|
Cl2(g) + 2e– ⇆ 2Cl–(aq)
|
1,36
|
H2O2(aq) + 2H+(aq)
+ 2e– ⇆ 2H2O(l)
|
1,78
|
S2O82– (aq) +
2e– ⇆ 2SO42–(aq)
|
2,01
|
F2(g) + 2e– ⇆ 2F–(aq)
|
2,87
|
c. Kekuatan
Oksidator dan Reduktor
Data potensial
reduksi standar pada Tabel 2.1 menunjukkan urutan kekuatan suatu zat sebagai
oksidator (zat tereduksi).
Oksidator + ne– → Reduktor
Oksidator + ne– → Reduktor
Semakin
positif nilai E°sel, semakin kuat sifat oksidatornya. Sebaliknya,
semakin negatif nilai E°sel, semakin lemah sifat oksidatornya. Berdasarkan data
potensial pada Tabel 2.1, oksidator terkuat adalah gas fluorin (F2)
dan oksidator paling lemah adalah ion Li+. Reduktor paling kuat
adalah logam Li dan reduktor paling lemah adalah ion F–.
Reduktor →
Oksidator + ne–
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu reduktor paling kuat merupakan
oksidator yang paling lemah. Sebaliknya, suatu oksidator terkuat merupakan
reduktor terlemah.
Contoh
Menentukan Kekuatan Relatif at Pengoksidasi dan Pereduksi
Urutkan
oksidator berikut menurut kekuatannya pada keadaan standar: Cl2(g),
H2O2(aq), Fe3+(aq).
Jawab:
Jawab:
Perhatikanlah
data potensial reduksi pada Tabel 2.1. Dari atas ke bawah menunjukkan urutan
bertambahnya kekuatan oksidator (zat tereduksi).
Cl2(g)
+ 2e– → 2Cl– (aq) 1,36 V
H2O2(aq) + 2H+(aq)+ 2e– → 2H2O(l) 1,78 V
Fe3+(aq) + e– → Fe2+(aq) 0,77 V
H2O2(aq) + 2H+(aq)+ 2e– → 2H2O(l) 1,78 V
Fe3+(aq) + e– → Fe2+(aq) 0,77 V
Jadi, kekuatan
oksidator dari ketiga spesi itu adalah: H2O2(aq) Cl2(g)
Fe3+(aq).
Berdasarkan pengetahuan
kekuatan oksidator dan reduktor, Anda dapat menggunakan Tabel 2.1 untuk
memperkirakan arah reaksi reduksioksidasi dalam suatu sel elektrokimia. Suatu
reaksi redoks dalam sel elektrokimia akan berlangsung secara spontan jika
oksidatornya (zat tereduksi) memiliki potensial reduksi standar lebih besar
atau GGL sel berharga positif.
Contoh
Menentukan Arah Reaksi dari Potensial Elektrode Standar
Sel
elektrokimia dibangun dari reaksi berikut.
Sn(s) Sn2+(aq)
Zn2+(aq) Zn(s)
Apakah reaksi
akan terjadi spontan menurut arah yang ditunjukkan oleh persamaan reaksi
tersebut?
Jawab:
Pada reaksi
tersebut, Sn sebagai reduktor (teroksidasi) dan Zn2+ sebagai
oksidator (tereduksi). Potensial reduksi standar untuk masing-masing setengah sel
adalah
Zn2+(aq)
+ 2e– → Zn(s) E° = –0,76 V
Sn2+(aq)
+ 2e– → Sn(aq) E° = –0,14 V
Suatu reaksi
redoks dalam sel elektrokimia akan berlangsung spontan jika zat yang berperan
sebagai oksidator lebih kuat.
Berdasarkan
nilai E°, Zn2+ merupakan oksidator lebih kuat dibandingkan dengan Sn2+.
Oleh karena itu, reaksi akan spontan ke arah sebagaimana yang dituliskan pada
persamaan reaksi.
Zn(s) + Sn2+(aq)
→ Zn2+(aq) + Sn(aq)
Reaksi ke arah
sebaliknya tidak akan terjadi sebab potensial sel berharga negatif.
d. Penentuan
GGL Sel. Nilai GGL sel elektrokimia dapat ditentukan
berdasarkan tabel potensial elektrode standar. Syarat bahwa sel elektrokimia
akan berlangsung spontan jika oksidator yang lebih kuat berperan sebagai
pereaksi atau GGL sel berharga positif.
Esel
= (Ekatode – Eanode) 0
Sel
elektrokimia yang dibangun dari elektrode Zn dan Cu memiliki setengah reaksi
reduksi dan potensial elektrode berikut.
Zn2+(aq)+
2e– → Zn(s) E°= –0,76 V
Cu2+(aq)
+ 2e– → Cu(s) E°= +0,34 V
Untuk
memperoleh setengah reaksi oksidasi, salah satu dari reaksi tersebut
dibalikkan.
Pembalikan
setengah reaksi yang tepat adalah reaksi reduksi yang potensial setengah selnya
lebih kecil. Pada reaksi tersebut yang dibalik adalah reaksi reduksi Zn2+
sebab akan menghasilkan nilai GGL sel positif. Pembalikan reaksi reduksi Zn2+
menjadi reaksi oksidasi akan mengubah tanda potensial selnya.
Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2e– E° = +0,76 V
Cu2+(aq)
+ 2e– → Cu(s) E° = +0,34 V
Penggabungan
kedua setengah reaksi tersebut menghasilkan persamaan reaksi redoks dengan
nilai GGL sel positif.
Zn(s) → Zn2+(aq)+
2e– E° = +0,76 V
Cu2+(aq)
+ 2e– →Cu(s) E° = +0,34 V
Zn(s) + Cu2+(aq)
→ Zn2+(aq) + Cu(s) E°sel = +1,10 V
Nilai GGL sel
sama dengan potensial standar katode (reduksi) dikurangi potensial standar
anode (oksidasi). Metode ini merupakan cara alternatif untuk menghitung GGL
sel.
E°sel
= E°katode – E°anode
E°sel
= E°Cu – E°Zn = 0,34 V – (–0,76 V) = 1,10 V
Contoh
Menghitung GGL Sel dari Data Potensial Reduksi Standar
Hitunglah
nilai GGL sel dari notasi sel berikut.
Al(s) Al3+(aq)
Fe2+(aq) Fe(s)
Jawab:
Setengah
reaksi reduksi dan potensial elektrode standar masing-masing adalah:
Al3+(aq)
+ 3e– →Al(s) E° = –1,66 V
Fe2+(aq)
+ 2e– →Fe(s) E° = –0,41 V
Agar reaksi
berlangsung spontan, Al dijadikan anode atau reaksi oksidasi. Oleh karena itu,
setengah-reaksi Al dan potensial selnya dibalikkan:
Al(s) →Al3+(aq)
+ 3e– E° = +1,66 V
Fe2+(aq)
+ 2e– →Fe(s) E° = –0,41 V
Dengan
menyetarakan terlebih dahulu elektron yang ditransfer, kemudian kedua reaksi
setengah sel digabungkan sehingga nilai GGL sel akan diperoleh:
2Al(s) →2Al3+(aq)
+ 6e– E° = +1,66 V
3Fe2+(aq)
+ 6e– →3Fe(s) E° = –0,41 V
2Al(s) + 3Fe2+(aq)
→ 2Al3+(aq) + 3Fe(s) E° = 1,25 V
0 komentar:
Posting Komentar