Pendahuluan
Latar Belakang
A.
MIE INSTAN
Tahukah
anda jikalau mi instant yang sudah mendarah daging dan menjadi salah satu
makanan pokok di Indonesia ternyata memiliki kandungan kadar gizi yang cukup
banyak dan berguna bagi tubuh. Hal ini berbeda dengan omongan orang-orang yang
mengatakan bahwa makan mie instant membuat orang kekurangan gizi.
Hal itu memang ada benarnya
karena pada mie instant memiliki nilai gizi nutrisi (nutrition fact) yang belum
lengkap sehingga alangkah baik jika dalam mengkonsumsi mi instant dipadukan
dengan bahan-bahan lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita
sehari-hari.
Berdasarkan hasil pantauan
ternyata nilai gizi dari tiap rasa dalam satu merek yang sama punya kandungan
gizi yang berbeda-beda. Contohnya pada produk Indomie di mana kadar gizi pada
Indomie rasa soto mie berbeda jauh dengan kandungan gizi pada Indomie rasa baso
sapi. Dari sisi energi yang bisa kita dapat dari tiap sebungkus mi instan pun
dapat kita ketahui.
Namun yang perlu diketahui
adalah bahwa kebutuhan gizi untuk tiap-tiap orang adalah berbeda-beda dan dalam
tiap bungkus mie instant belum tentu memiliki kandungan yang sama persis
seperti pada informasi nilai gizi pada kemasan pembungkus. Dari info gizi
tersebut seharusnya kita dapat melengkapi kekurangan gizi dari tiap bungkus mi
instan dan menghindari kelebihan kadar gizi pada tubuh kita.
Untuk menambah protein kita
dapat menambahkan telur atau kornet pada mie instant yang dimasak. Jika ingin
menambah serat kita bisa tambah sayuran seperti daun sawi, daun bawang, bawang
goreng, dsb. Semua dapat disesuaikan dengan mudah untuk mendapatkan gizi yang
tidak didapat dari satu bungkus mi instant.
Proses pembuatan blok mi Indomie
dilakukan secara higienis dan tidak menggunakan bahan pengawet apapun.Proses
pengawetannya dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu digoreng dalam minyak
goreng bersuhu tinggi, yang dikenal sebagai deep
frying. Atau bisa juga dengan proses pengeringan menggunakan hot air drying. Sebagian besar
produk mi instan yang diproduksi secara komersial diawetkan melaui proses deep frying.
Melalui proses pengeringan
tersebut, kadar air dalam mi instan hanya sekitar 2-4% saja sehingga tidak
memungkinakan mikroba pembusuk berkembang biak. Dengan alasan tersebut mi insan
tidak perlu lagi ditambah dengan bahan pengawet apa pun. Demi keamanan,
sebaiknya kita selalu memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tertera pada
kemasan Indomie setiap akan membeli atau mengkonsumsinya.
Rumusan Masalah
·
Maksud
dan tujuan Dartar pustaka
·
Adapun
tujuan penyusun laporan lengkap ini adalah agar siswa(i) dapat mengembangkan
kemampuan dalam mengumpulkan dan menyusun berbagai referensi ataupun hasil
konsultasi langsung dengan pembimbing, agar siswa(i) dapat mengembangkan
kemampuan hasil perhitungan, sebagai informasi dan sumber keputusan bagi pembaca
khususnya siswa(i) Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar.
·
·
Lampiran-lampiran
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
KADAR
AIR
Kadar
air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis).
Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen,
sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
(Syarif dan Halid, 1993).
Tabrani (1997), menyatakan bahwa
kadar air merupakan pemegang. peranan penting, kecuali temperatur maka
aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan
ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses
mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya. Berlangsungnya
ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa hanya
air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut.
Ada beberapa macam
metoda kadar air, yakni :
a.
Metoda
pemanasan langsung
b.
Metoda
pengering vakum
c.
Metoda
karl fischer
Pemilihan
metoda yang akan dipakai, tergantung dengan bagaimana keadaan/sifat contoh yang akan ditetapkan. Dalam
penetapan kadar air pada sampel mie dan sirup, dilakukan metoda pemanasan
langsung.
Metoda pemanasan langsung
digunakan untuk menetapkan kadar air dari zat yang tidak mudah rusak atau
menguap pada suhu pemanasan 100o –
105o C.
Penetapan ini relative sederhana
dimana contoh yang telah ditimbang atau diketahuo bobotnya dipanaskan dalam
suatu pengering listrik pada suhu 100o – 105oC sampai bobot tetap.
Selisih bobot contoh awal dengan bobot tetap yang telah dicapai setelah
pengeringan adalah air yag telah menguap.
Analisa kadar air menggunakan
pengering oven merupakan cara analisis yang paling banyak digunakan karena
relative sederhana.
Namun demikia, sering adanya
kesalahan yang diabaikan praktikan, yakni :
Kadar
air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang dinyatakan dalam
persen (%). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada
bahan pangan, karena air dapat memspengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa
pada bahan pangan.
Kadar air cenderung menurun
dengan meningkatnya lama pengeringan, proses pengeringan sangat dipengaruhi
oleh lama pengeringan. Pengeringan dengan menggunakan suhu yang tinggi dapat
mengakibatkan pengeringan yang tidak merata, yaitu bagian luar kering sedangkan
bagian dalam masih banyak mengandung air.
Penentuan kadar air dalam bahan
pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus
(kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode yang
digunakan adalah metode pengeringandengan oven biasa dan metode destilasi.
Metode oven memiliki beberapa
kekurangan, yaitu bahan lain ikut menguap,
terjadi penguraian karbohidrat menghasilkan air yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan
yang tidak terhitung. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven
harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan
bahwa air yang terdapat dalam sampel telah
menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel, setelah itu dapat
dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen
kadar air dalam bahan.
Pada metode destilasi harus
menggunakan pelarut imicible yang mempunyai massa
jenis lebih ringan daripada air dan mempunyai titik didih lebih besar daripada air, contohnya toluene. Air
yang masuk ke dalam kondensor harus mengalir.
Pada metode ini, sampel dan pelarut dimasukkan dalam labu sampai sampel terendam kemudian dipanaskan
sehingga terjadi penguapan. Uap yang terbentuk
akan naik dan masuk ke kondensor yang mengkondensasi uap sehingga akan mencair kembali dan ditampung
untuk mengukur kadar airnya.
Pada kedua metode diatas,
sebelum dilakukan penimbangan sampel harus dimasukkan
terlebih dahulu ke dalam desikator selama 15 menit yang bertujuan untuk mendinginkan sampel tetapi tidak
terjadi penyerapan air. Penentuan kadar air
dengan metode destilasi lebih cepat dan akurat daripada metode oven.
D.
KADAR ABU
Abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu
dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu
ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu :
1. Garam-garam organik, misalnya garam dari as. malat, oxalate, asetat., pektat dan lain-lain.
2. Garam-garam anorganik, misalnya phospat, carbonat, chloride, sulfat nitrat dan logam alkali (Anonim, 2010).
1. Garam-garam organik, misalnya garam dari as. malat, oxalate, asetat., pektat dan lain-lain.
2. Garam-garam anorganik, misalnya phospat, carbonat, chloride, sulfat nitrat dan logam alkali (Anonim, 2010).
Selain kedua garam tersebut,
kadang-kadang mineral dapat terbentuk sebagai senyawa yang kompleks yang
bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk
aslinya adalah sangat sulit. Oleh karenanya biasanya dilakukan dengan
menentukan sisa pembakaran garam mineral tersebut yang dikenal dengan
pengabuan. Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik macam
maupun jumlahnya. Penentuan konsistensi merupakan mineral bahan hasil pertanian
yang dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu : pengebuan total (larut dan
tidak larut) dan penentuan individu komponen.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
1.
Menentukan
baik tidaknya suatu pengolahan
Dalam
penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang
terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi.
2.
Mengetahui
jenis bahan yang digunakan
Penentuan
kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan
dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan
atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis.
3.
Penentuan
parameter nilai gizi pada bahan makanan
Adanya
kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya
pasir atau kotoran yang lain (Fauzi (2006)
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembkaran
suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan
mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Kemurnian serta kebersihan suatu bahan
yag dihasilkan semakin tinggi kadar abu maka kebesihan suatu produk semakin
berkurang.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
• Pengabuan cara Langsung (Cara Kering)
Prinsip dari pengabuan cara
langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu
sekitar 500 – 600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang
tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji, 1996).
Pengabuan yang dilakukan didalam
muffle dilakukan melalui 2 tahap yaitu :
a.
Pemanasan
pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi
kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak hingga kandungan asam
hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
b.
Pemanasan
pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun
porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah
pada perubahan suhu yang tiba-tiba.
Setelah pengabuan selesai maka
dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus
porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin
terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas
muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan
dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel.
Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram.
Beberapa kelemahan maupun
kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara lansung. Beberapa kelebihan
dari cara langsung, antara lain :
a. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relative banyak.
a. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relative banyak.
b. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
c. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Sedangkan kelemahan dari cara
langsung, antara lain :
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama,
b. Tanpa penambahan regensia,
c. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan
d. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi (Apriantono 1989).
• Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah)
Prinsip dari pengabuan cara
tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum
dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alcohol
ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tunggi.
Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol membentuk kerak sehingga menyebabkan
terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi.
Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang
bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat
proses penngabuan (Sudarmadji, 1996).
Beberapa kelebihan dan kelemahan
yang terdapat pada pengabuan cara tidak langsung. Kelebihan dari cara tidak
langsung, meliputi :
a. Waktu yang diperlukan relatif singkat.
b. Suhu yang digunakan relatif rendah.
c. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relative rendah.
d. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan, dan
e. Penetuan kadar abu lebih baik.
Sedangkan kelemahan yang
terdapat pada cara tidak langsung, meliputi :
a. Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun.
a. Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun.
b. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya.
c. Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan.
A.
KADAR SERAT KASAR
Serat kasar mengandung senyawaan
selulosa, lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti,
yang disebut serat kasar adalah senyawaan yang tidak dapat dicerna dalam organ
pencernaan manusia atau binatang. Dalam analisa penuntun serat kasar
diperhintungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa
encer dengan kondisi tertentu.
Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam analisa adalah:
1.
Defathing,
yaitu menghilangkan dan perhitungan lemak yang terkandung dalam sampel
menggunakan pelarut lemak.
2.
Digestion,
terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa.
Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup suhu terkontrol
dan bebas udara.
Penyaringan
harus segera dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan penyaringan
udara dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa, karena terjadi
perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan yang
mengandung banyak protein, sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka
sebagian dilakukan digesti dengan enzim preteolitik.
Residu yang diperoleh dalam
pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang mengandung ± 97%
selulosa dan lignin dan sisanya adalah senyawa lain yang belum dapat
diidentifikasi.
Serat kasar sangat penting
ditentukan dalam penilaian kualitas bahan makanan, karena adanya angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Selain itu,
kandungan serat kasar dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan baku
efisiensi suatu proses.
Kehilangan selulosa dapat mencapai
85% sedangkan kehilangan lignin dapat mencapai 50%-90%, tergantung jenis
tumbuhan monokotil yang lebih muda larut dalam larutan alkali dibandingkan
unsur lignin. Berdasarkan penelitian, serat kasar tak mencerminkan serat
sebenarnya, maksudnya karena fraksi serat ini terdiri dari selulosa,
hemiselulosa,dsb. Sedangkan perlakuan dari metode ini seperti penambahan asam
encer panas semilulosa dan lignin lebih mudah larut dengan alignin selulosa.
Keadaan inilah yang menyebabkan
hubungan tak jelas antara serat kasar dan serat sebenarnya. Selain itu juga
terdapat analisis lain dalam serat makanan relatif mudah yaitu metode
couthpale. Analisis serat pada makanan mulai diperhatikan timbulnya berbagai
macam penyakit yang disebakan oleh serat.
Peran utama dari serat dalam
makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan
untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air
rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran
melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan
peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Mutu serat dapat dilihat dari
komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari
komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut
(Insoluble Dietary Fiber, IDF).
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Ada beberapa metode analisis
serat, antara lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang
masing-masing mempunyai keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang
ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang
kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan
adalah antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan
terkecil pada kotiledon tanaman. Metode
analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral
Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur
komponen serat makanan yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat
yang larut seperti pectin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama
analisis tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh
adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode
enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode fraksinasi
enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim
pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat
makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah.
KADAR
KARBOHIDRAT
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti
"gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah
di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya
pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya
selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotonsintesis,
tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat
adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan
senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi
karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada
awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai
rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat
pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat
paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut
monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat
merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai
yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya
pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula
disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
monosakarida).
Ada banyak fungsi dari
karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai
sumber kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan
pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor
(karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno 2007).
Pengukuran karbohidrat yang
merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi
sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan
CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan
dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi
dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip
metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007).
I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi
dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum
yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik
digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam
penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode
tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu
tereduksi dengan I2 dan
menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode Luff
Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang
konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa
hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
C.
Kadar
lemak
Lemak
dan minyak merupakan bahan yang sebagian besar dikandung bahan-bahan dan
produk-produk pertanian. Dengan diketahui kadar lemak dari suatu bahan, maka
dapat ditentukan bahwa bahan tersebut merupakan sumberlemak atau bukan sumber
lemak. Selain itu, apabila diketahui kadar lemak dalam suatu bahan, maka
dalam penyimpanan bahan tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi proses
hidrolis atau oksidasi terhadap lemak yang mengakibatkan menurunya mutu bahan
tersebut (Netti, 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan
pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Ada dua kelompok umum untuk
mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah.
Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak
dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar
dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari dari metode
kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai
ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama,
pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak
sebagai lemak.
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang
digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang
digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus
mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan
pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang
ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel
kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat
yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini
menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun
begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada metode kontinu
(Nielsen 1998).
D.
UJI LOGAM BERBAHAYA
Logam
berbahaya ada yang dibutuhkan oleh tubuh tapi jika berlebihan akan mengganggu
kesehatan manusia. Merupakan suatu zat kimia yang bisa terdapat pada makanan.
Kehadirannya biasanya berasal dari alat alat yang dipergunakan ketika mengolah
makanan. Yaitu alat alat yang terbuat atau dilapisi dengan bahan bahan kimia
tersebut maupun dari cara cara penanganan lainnya. Juga kadang kadang terdapat
pada alat alat rumah tangga yang terbuat dari logam stanles seperti sendok
coktail yang dilapisi timah,mangkok kramik yang dapat mengeluarkan Pb dan lain
lainnya.
Arsens( As )
ARSENS adalah suatu zat kimia
yang sering terdapat pada makanan ,minuman dan kosmetik. Arsens dapat merusak
ginjal,jika keracunannya kuat sekali. Senyawa arsens sulit dideteksi karena
tidak memiliki rasa yang menönjol. Sering digunakan sebagai bahan dalam
kosmetik dan pada insektisida. Gejala gejala keracunan yaitu sakit di
kerongkongan sukar menelan,menyusul rasa nyeri lambung serta muntah-muntah.
Timah hitam(Pb)
Timah hitam ini umumnya terdapat
dalam makanan,air dan obat-obatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur
timah. Bersifat kumulatif artinya keracunan dapat timbtl bila kadar Pb menumpuk
dalam tubuh.
Gejaka yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit.
Gejaka yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit.
Mercuri(Hg)
Gejala-gejala keracunan Hg
timbul antara lain pada mulut dan pharyax yaitu terdapat bercak-bercak warna
abu-abu. Keadaan ini disertai perasaan nyeri,sehingga sering timbul keluhan
rasa sakit pada mulut dan lambung. Bila lambung dapat dikosongkan dengan
segera,kemungkinan untuk tertolong bagi si penderita sangat besar. Racun ini
dalam konsentrasi tinggi dapat mencapai apithel usus halus,dapat menyebabkan
bercak -bercak darah yang berat dan hebat,serta menyebabkan shock yang membawa
kematian,karena colaps pembuluh darah.
Cupper(Cu)
Adanya Cu pada makanan ini
disebabkan terutama karena penggunaan insektisida dan pertisida didalam usaha-usaha
pertanian. Banyak pula kasus-kasus keracunan terjadi karena Cu dalam tempat
wadah untuk makanan atau minuman, Cu yang masuk dalam mulut akan merusak ginjal
hati dan syaraf pusat. Gejala-gejala yang nampak adalah hawa mulut
berbau,kerongkongan dan perut kering,rasa ingin muntah atau diare terus menerus
selama berhari-hari,terdapat darah pada kotoran(fases) pusing-pusing dan demam.
Cadmium(Cd)
Biasanya cadmium terdapat pada
tempa. Wadah makanan olahan,pemakaian cadmium ini sudah mulai dilarang karena
dapat menyebabkan makanan kaleng kena hama cadmium. cadmium ini dalam kadar 30%
mg dapat meracuni dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan seluruh
pernapasan. Gejala-gejalanya adalah: Timbulnya bau/rasa kaleng yang tidak enak
didalam mulut. Sesak napas disertai dengan batuk-batuk,pusing-pusing kepala.
Badan terasa lemah dan kaki terasa pegal-pegal lama kelamaan ginjal,hati akan
rusak. Gejala-gejala lain yang nampak dalam waktu 1\2 sampai 1jam Adalah,pusing
kepala,kejang otot,shock sampai mengakibatkan kematian dalam waktu 24 jam.
0 komentar:
Posting Komentar