BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kinetika kimia lebih menitikberatkan tentang
pembahasan mengenai definisi dan persamaan laju reaksi, laju dapat menyatakan
seberapa besar cepat atau lambatnya suatu
proses akan berlangsung, laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam,
hari atau tahun (Syukri, 1999: 468).
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya termepratur.
Biasanya kenaikan sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju
suatu reaksi antara molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan
sebagian sebagai lebih cepatnya molekul bergerak secara acak kesegala arah pada
temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama lain lebih
sering. Tetapi ini belum menjelaskan seluruhnya , kecuali bila energy
pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya temperatur, bukan hanya molekul sering
bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan benturan yang lebih besar,
karena partikel bergerak lebih cepat (Keenan, 1984: 521).
Reaksi
antara aseton dan yod dalam larutan air akan berjalan lambat tanpa adanya
katalis dan dalam suasana asam reaksi
antara aseton dan yod berlangsung dengan cepat. Orde reaksi terhadap
aseton dan terhadap asam dapat ditentukan dengan cara mengubah konsentrasi awal
kedua zat tersebut (Saleh dkk, 2015: 1).
Berdasarkan
uraian tersebut dilakukan percobaan penentuan reaksi dan tetapan laju reaksi
untuk mengetahui berapa orde reaksi dari reaksi yodinasi-aseton dan hukum
kecepatan reaksi yodinasi-aseton dalam larutan air, yang terkatalis dengan
asam.
B. Rumusan
masalah
Rumusan masalah
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Berapa orde reaksi dari reaksi
Yodinasi-Aseton?
2. Berapa
konstanta Yodinasi–Aseton dalam larutan air, yang terkatalisis dengan asam?
C. Tujuan
percobaan
Tujuan percobaan adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan orde reaksi dari
reaksi Yodinasi-Aseton.
2.
Menentukan hukum kecepatan reaksi
Yodinasi –Aseton dalam larutan air, yang terkatalisis dengan asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah bagian ilmu
kimia fisika yang mempelajari laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempelajari
laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
penjelasanhubungannya terhadap mekanisme reaksi. Besi lebih cepat berkarat
dalam udara lembab dari pada dalam udara
kering, makanan lebih cepat membusuk apabila tidak didinginkan, kulit bule lebih cepat menjadi
gelap dalam musim panas dari pada dalam
musim dingin. Ini semua merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju
beraneka ragam menurut kondisi reaksi (Saleh, 2012: 3).
Salah satu tujuan utama pengkajian kinetika kimia adalah
menentukan reaksi individu yang terlibat dalam pengubahan pereaksi menjadi
produk. Mekanisme dari suatu reaksi kimia diketahui, mungkinlah untuk mengubah
kondisi reaksi dan meningkatkan laju pembentukandan rendemen dari produk yang
diinginkan. Mungkinkan untuk mengubah
kondisi reaksi untuk mengurangi laju pembentukan rendemen suatu produk yang tak
diinginkan (Keenan, dkk, 1980:240).
B.
Laju
Reaksi
Laju didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi persatuanwaktu. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi. Berkurangnya konsentrasi CO2 yang merupakan reaktan
dari reaksi fotosintesis menjadi fokus tinjauan dalam penelitian ini. Dalam hal
ini diambil CO2 sebagai basis
penentuan laju reaksi pada reaksi di atas (Elida dan Ade, 2012: 8).
Definisi
laju reaksi untuk reaksi sederhana Aa
Bb adalah:
v
A = - ,vB = ................................................................. (2.1)
Sedangkan
hukum laju adalah:
V=
k[A]n...................................................................... (2.2)
k adalah konstanta laju reaksi, n adalah orde reaksi.
Hubungan antara konsentrasi dengan waktu asumsi reaksi orde-1, orde-2 dan
orde-3 (Siahaan, 2000: 198).
Orde reaksi
adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial. Secara
teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil, namun dari hasil
eksperimen. Hal tertentu orde reaksi merupakan pecahan atau nol atau dapat juga
diartikan sebagai orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari
konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh
konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi. Jika laju suatu reaksi
berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi(Saleh,
2012: 9).
Laju = k
[A].......................................................................................... (2.3)
Persamaan laju reaksi sangat penting
dalam kinetika kimia, tetapi yang sering
menjadi masalah adalh cara menentukannya, karena tidak dapat diketahui langsung
dari persamaan reaksi. Caranya adalah dengan melakukan eksperimen. Data
tersebut diubah menjadi data konsentrasi-laju dan kemudian diolah untuk mendapatkan
persamaan laju reaksinya.
Langkah pertama
adalah menuliskan persamaan umum laju reaksi yang sesuai dengan jumlah
pereaksi, apakah tunggal, dua, atau
tiga.
Jika pereaksi tunggal : A hasil
r= k [A]m
Jika pereaksi dua : A + B hasil
r = k [A]m
[B]n
Jika pereaksi tiga :
A + B + C hasil
r = k[A]m[B]D[C]0
Kemudian
mengolah data eksperimen untuk mencari nilai m, n dan o. Data itu mengkin
sederhana, dapat disederhanakan atau tidak dapat disederhanakan (Syukri, 1999:
475).
Menurut Saleh,
(2012: 36), Suatu
reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju reaksi tersebut
tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun peningkatan
konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi. Secara
grafik, reaksi yang mempunyai orde nol
adalah sebagai berikut:
Reaksi: A Produk
Persamaan
laju reaksinya:
V = k [A]0............................................................................................ (2.4)
V = k................................................................................................... (2.5)
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai
orde satu, apabila besarnya laju reaksi berbanding lurus dengan besarnya
konsentrasi pereaksi. Artinya, jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali
semula, maka laju reaksi juga akan meningkat besarnya (2) 1 atau 2 kali semula
juga. Persamaan laju reaksinya:
V = k
[A]1 = k [A]............................................................................... (2.6)
Suatu
reaksi dikatakan mempunyai orde dua apabila besarnya reaksi merupakan pangkat
dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika konsentrasi
pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat sebesar (22)
atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali semula, maka
laju reaksi akan menjadi (33) atau 9 kali semula . Persamaan laju
reaksinya:
V= k [A]2............................................................................................. (2.7)
Reaksi orde
III dapat dilihat pada III kasus
berbeda. Kasus I, laju berbanding
langsung dengan dengan pangkat tiga konsentrasi dari suatu reaktan.
Kasus ke II laju sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari reaktan dan pangkat
satu dari konsentrasi reaktan kedua dan laju ke III yaitu laju sebanding dengan
hasil kali konsentrasi dari ketiga reaktan (Saleh, 2012: 41).
Reaksi orde semu, pada reaksi ini,
konsentrasi satu atau lebih dari satu reaktan jauh melebihi konsentrasi reaktan
lainnya atau salah satu reaktan bekerja sebagai katalis, karena konsentrasi
dari jenis-jenis ini hampir tetap sama dan dapat dianggap konstan. Maka orde
reaksi akan berkurang (Saleh, 2012: 43).
Reaksi orde negatif, suatu reaksi
kimia dikatakan mempunyai orde negatif, apabila besarnya laju reaksi berbanding
terbalik dengan konsentrasi pereaksi. Artinya, apabila konsentrasi pereaksi
dinaikkan atau diperbesar, maka laju reaksi akan menjadi lebih kecil (Saleh,
2012: 43).
Waktu paruh didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan bila separuh konsentrasi dari suatu reaktan
digunakan.Waktu paruh dapat ditentukan dengan tepat hanya jika satu jenis
reaktan terlibat, tetapi jika suatu reaksi berlangsung antara jenis reaktan
yang berbeda, waktu paruh harus ditentukan terhadap reaktan tertentu saja.
Untuk sistem satu komponen, waktu paruh dihubungkan dengan konsentrasi awalnya
(Dogra, 1990: 633).
C.
Reaksi
Yodinasi Aseton
Reaksi antara aseton dan iod dalam
larutan air:
CH3-CO-CH3
+ I2 CH3-CO-CH2I
Berjalan lambat tanpa katalis. Dalam suasana asam reaksi ini
berlangsung dengan cepat dan hukum laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai:
= k [aseton]a[I2]b[H+]c…………………………………………(2.8)
Dengan menggunakan aseton dan asam dalam jumlah berlebih,
persamaan di atas dapat diubah menjadi:
= k1 [I2]b………………………………………………………. (2.9)
Dengan k1 =
k [aseton]a[H+]c
Reaksi ini dapat dimonitor dengan cara menentukan
konsentrasi I2sebagai fungsi waktu. Dari daa ini ditentukan nilai b,
yaitu orde reaksi terhadap aseton dan terhadap asam dapat ditentukan dengan
cara mengubah konsentrasi awal kedua zat tersebut (Saleh dkk, 2015: 1).
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Menurut Syukri (1999: 468), faktor
yang mempengaruhi laju reaksi dikenal ada empat, yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sifat pereaksi
Salah satu faktor
penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang
kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah.
Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam
magnesium lambat.
2. Konsentrasi pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi
pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak
kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi harus
diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju
reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain yang akan
dijelaskan pada pascal.
3. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan,
karena kalor yang diberikan akan
menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi
tabrakan bertambah besar.
4. Katalis
Laju suatu reaksi dapat diubah (umumnya dipercepa) dengan
menambah zat yang desebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat
organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim dan
dapat mempercepat reaksi ratusan sampaipuluhan ribu kali.
E. Motode Penentuan Orde Reaksi dan
Tetapan Laju
Menurut Dogra (1990: 635), metode
untuk menentukan konstanta laju dan orde reaksi adalah sebagai berikut:
1. Metode diferensial
Metode ini, data tidak dikumpulkan
dalam bentuk konsentrasi terhadap waktu, tetapi dinyatakan sebagai laju
perubahan konsentrasi waktu terhadap konsentrasi reaktan.
2. Metode integral
Metode ini merupakan suatu metode trial and error (empiris), yakni perubahan konsentrasi dengan waktu
yang diukur dan harga k dihitung
dengan menggunakan persamaan terintegrasi yang berbeda untuk orde reaksi yang
berbeda. Orde reaksi akan diperoleh dari persamaan yang memberikan harga k yang konsisten. Ini dapat dikerjakan
secara analitis atau secara grafik.
3. Metode waktu paruh
Metode ini memerlukan penentuan waktu paruh sebagai suatu
fungsi konsentrasi. Jika waktu paruh tidak tergantung pada konsentrasi, orde
reaksi adalah satu. Jika tidak, kemiringan dari plot antara log t1/2 terhadap
log [Cl]0 memberikan harga orde reaksi.
4. Metode relaksasi
Metode ini digunakan untuk mengkaji reaksi-reaksi yang
cepat. Dalam metode ini, campuran reaktan diganggu sedikit-sedikit dari posisi
kesetimbangan dengan bantuan lompatan temperatur, lompatan tekanan, atau metode pulsa elektrik. Sistem yang terganggu
tersebut kembali ke kesetimbangan yang baru atau ke kesetimbangan yang lama dan
umumnya mengikuti kinetika orde I.
5. Metode analisis guggenheim
Dalam persamaan-persamaan tertentu, perlu untukmembaca
t = ∞ sebelum persamaan tersebut dapat
dianalisis, sedangkan metode ini tidak melibatkan pembacaan tersebut. Dasar
untuk metode ini adalah perlunya pembacaan pada selang waktu yang sama.